Tulisan ini ku
buat beberapa hari setelah kejadian jatuhnya HPku di danau daerah Bedugul,
Bali. Awalnya aku hanya ingin sekedar membuat puisi, sebagaimana tulisan-tulisan
sebelumnya yang berisi kesan tentang daerah yang ku lalui selama wisata
Malang-Lombok-Bali. Namun bagian akhir film UP yang kutonton sembari mengisi
perut malam ini, memberikan inspirasi yang sayang jika hanya berakhir dalam
bentuk puisi. Maka ijinkan saya untuk memulai tulisan ini dengan menyampaikan bagian
akhir dari film UP, meski saya yakin pembaca sudah tidak asing lagi dengan film
yang satu ini.
Singkat
cerita, kakek tua yang merupakan pemeran utama dalam film tersebut sedang
melakukan misi penyelamatan terhadap seekor burung yang langka dan menjadi
incaran pemburu yang egois. Berada di atas atap Zeppelin (sejenis balon udara)
bersama burung yang langka tersebut, sang kakek menunggu kedatangan rumah
balonnya yang dikendarai oleh seorang anak pramuka. Rumah balon itu pun datang
seiring dengan munculnya si pemburu egois. Dan terjadilah konflik. Dengan
menggunakan tali, sang kakek berusaha mempertahankan rumah balonnya agar tidak
jatuh dari atap Zeppelin. Sedangkan si pemburu egois dengan mudah mengejar burung
langka tersebut yang disembunyikan oleh anak pramuka ke dalam rumah balon milik
sang kakek. Tali pengikat rumah balon nampak mulai putus, sedangkan sang
pemburu makin brutal mengarahkan senjatanya ke seisi rumah. Hingga akhirnya
sang kakek memberikan aba-aba kepada burung dan anak pramuka tersebut untuk
melompat sesaat sebelum rumah balon itu lepas dari ikatan. Rumah balon pun
lepas dari ikatan, burung dan anak pramuka berhasil melompat ke atap Zeppelin,
sedangkan sang pemburu gagal menyelamatkan dirinya, jatuh ke dasar jurang. Misi
penyelamatan sang kakek berhasil, namun rumah balon yang menyimpan kenangan hidup
bersama istrinya telah jauh lepas dari genggaman. Namun sang kakek berusaha
untuk bersabar dan kembali fokus menyelesaikan bagian akhir dari pertualangannya.
Tanpa disadari oleh sang kakek, rumah balon miliknya telah bersandar di tempat
yang sangat diimpikan oleh istrinya, yakni di
Paradise Fall.
Apa yang kita pikirkan
atau rasakan ketika berada pada detik-detik kita akan kehilangan sesuatu yang
berharga dan penting dalam hidup kita? Detak-detik ketika HPku terjatuh ke air
adalah momen yang kompleks. Pada detak detik itu, pikiranku mulai merekayasa
sikap dan mental untuk sebuah kemungkinan terburuk, HP tidak dapat diambil
kembali. Berbagai macam kelebatan visual muncul dalam pikiran: beli hp baru,
cari pinjaman hp teman, tugas-tugas yang menuntut mobilitas HP yang baik, pengeluaran
membengkak dan sebagainya. Hingga aku berada pada posisi terduduk dan gagal
meraih HP, muncullah sebuah gagasan: HPmu telah tenggelam dan tak bisa
diselamatkan, ikhlaskan. Hal ini yang membuat diriku sempat terdiam sejenak. Namun
segera aku tersadar bahwa masih ada harapan, HPku terjatuh tak jauh dari tepi
danau yang cukup dangkal. Akhirnya dengan susah payah, dibantu oleh seorang
kawan, dikomando oleh seorang fotografer lokal, dan diabadikan kronologinya
oleh kawan lainnya, HPku berhasil di bawa ke daratan. Sembari membongkar HP dan
meniriskannya, aku menerima berbagai masukan, saran dan kisah sukses dari kawan
yang HPnya bernasib sama. Meskipun begitu, aku tidak pernah menutup peluang
kegagalan 100%. Ku jalankan saran yang masih memungkinkan untuk dilakukan. Yang
tersisa, hari-hari berikutnya adalah hari pengeringan dan pemantapan hati untuk
ikhlas atas segala kemungkinan yang terjadi.
Apakah kisahku
seheroik, dramatis dan tragis seperti film UP? Absolutely, no. Kisahku hanyalah tentang sebuah HP S*ms*ng G*l*xy
*2 yang pemakaiannya belum genap satu tahun dan terjatuh ke dalam danau semata-mata
kecerobohan diriku sendiri. Bahkan ending
ceritanya pun (untuk sementara) berbeda. Alhamdulillah, meski nyemplung ke dalam air, sempat tidak bisa menyala,
ketika di bawa ke service centre katanya mesti
ganti spare part dengan total biaya
hampir setara dengan membeli HP baru dengan tipe yang sama, namun ajaibnya HPku
kini telah kembali normal. Bahkan yang sebelumnya LCDnya berubah warna, kini telah
kembali seperti semula. Meskipun begitu, ada banyak pelajaran yang ku ambil
dari peristiwa tersebut.
Aku belajar
dan akhirnya sedikit memahami bagaimana hidup tanpa berkomunikasi dengan dunia
luar. Ternyata cukup sulit dan hal itu menandakan bahwa diriku telah banyak
bergantung kepada teknologi. Sehingga hari-hari pengeringan merupakan hari-hari
terapi bagiku untuk tidak selalu bergantung kepada HP. Aku pun belajar tentang
pilihan untuk menjadi sebab atau akibat. Aku bisa saja berwajah murung
sepanjang perjalanan sebagai akibat dari HP ku yang sekarat. Atau mungkin menangis
dan melakukan hal-hal dramatis lainnya. Namun aku menyadari hal itu tak
sedikitpun mengubah fakta tentang HP ku yang jatuh ke dalam air. Oleh karena
itu, daripada menjadi akibat (menjadi objek), aku memilih menjadi sebab
(menjadi subjek) sehingga HPku kelak membaik. Dan yang tidak kalah penting
adalah pelajaran tentang kesabaran. Sabar bukan berarti diam tanpa usaha alias
pasrah begitu saja. Ada mekanisme prosedural yang mesti dijalankan hingga
akhirnya kita mengambil sikap sabar dan ikhlas terhadap hasilnya. Ia tidak
bersifat temporal, namun merentang sepanjang usia. HPku yang membaik secara
ajaib setelah didiagnosa rusak parah merupakan sebuah nikmat dan ujian. Nikmat,
karenanya beban pikiran berkurang, pengeluaran pun bisa ditekan. Namun ia juga
merupakan ujian, tentang seberapa jauh kesabaran dan keikhlasan diriku dalam menggunakannya.
Ketika tiba masa ketika HPku benar-benar rusak atau hilang, maka aku harus sabar
dan mengikhlaskannya. Detak-detik HPku yang terjatuh dalam air adalah pelajaran
yang begitu berharga tentang kesabaran, sekaligus sebuah teguran. Jikalau
perkara HP yang tenggelam saja aku telah pusing bukan kepalang, bagaimana jika iman
dan Islamku yang diguncang? Apakah sama pusingnya, lebih pusing, atau malah
biasa-biasa saja?
Wahai Allah yang Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada
agama-Mu
Wallahu a’lam
Yogyakarta, 4 Mei 2016
H-33 Ramadhan
From (Kampung) Dero to Hero
Detik-Detik Sebelum HP Jatuh |
Aduuuuh... ini HP mungkin kepengin mandi bang Awa..
BalasHapusKesabaran bang awa sdg diuji, Sabar adalah bagian terpenting dalam hidup. 😀😁😂
Nice komen mbak, 😅
BalasHapus