Rabu, 04 Mei 2016

Film UP dan Tragedi Bedugul

2

Tulisan ini ku buat beberapa hari setelah kejadian jatuhnya HPku di danau daerah Bedugul, Bali. Awalnya aku hanya ingin sekedar membuat puisi, sebagaimana tulisan-tulisan sebelumnya yang berisi kesan tentang daerah yang ku lalui selama wisata Malang-Lombok-Bali. Namun bagian akhir film UP yang kutonton sembari mengisi perut malam ini, memberikan inspirasi yang sayang jika hanya berakhir dalam bentuk puisi. Maka ijinkan saya untuk memulai tulisan ini dengan menyampaikan bagian akhir dari film UP, meski saya yakin pembaca sudah tidak asing lagi dengan film yang satu ini.

Singkat cerita, kakek tua yang merupakan pemeran utama dalam film tersebut sedang melakukan misi penyelamatan terhadap seekor burung yang langka dan menjadi incaran pemburu yang egois. Berada di atas atap Zeppelin (sejenis balon udara) bersama burung yang langka tersebut, sang kakek menunggu kedatangan rumah balonnya yang dikendarai oleh seorang anak pramuka. Rumah balon itu pun datang seiring dengan munculnya si pemburu egois. Dan terjadilah konflik. Dengan menggunakan tali, sang kakek berusaha mempertahankan rumah balonnya agar tidak jatuh dari atap Zeppelin. Sedangkan si pemburu egois dengan mudah mengejar burung langka tersebut yang disembunyikan oleh anak pramuka ke dalam rumah balon milik sang kakek. Tali pengikat rumah balon nampak mulai putus, sedangkan sang pemburu makin brutal mengarahkan senjatanya ke seisi rumah. Hingga akhirnya sang kakek memberikan aba-aba kepada burung dan anak pramuka tersebut untuk melompat sesaat sebelum rumah balon itu lepas dari ikatan. Rumah balon pun lepas dari ikatan, burung dan anak pramuka berhasil melompat ke atap Zeppelin, sedangkan sang pemburu gagal menyelamatkan dirinya, jatuh ke dasar jurang. Misi penyelamatan sang kakek berhasil, namun rumah balon yang menyimpan kenangan hidup bersama istrinya telah jauh lepas dari genggaman. Namun sang kakek berusaha untuk bersabar dan kembali fokus menyelesaikan bagian akhir dari pertualangannya. Tanpa disadari oleh sang kakek, rumah balon miliknya telah bersandar di tempat yang sangat diimpikan oleh istrinya, yakni di  Paradise Fall.
Apa yang kita pikirkan atau rasakan ketika berada pada detik-detik kita akan kehilangan sesuatu yang berharga dan penting dalam hidup kita? Detak-detik ketika HPku terjatuh ke air adalah momen yang kompleks. Pada detak detik itu, pikiranku mulai merekayasa sikap dan mental untuk sebuah kemungkinan terburuk, HP tidak dapat diambil kembali. Berbagai macam kelebatan visual muncul dalam pikiran: beli hp baru, cari pinjaman hp teman, tugas-tugas yang menuntut mobilitas HP yang baik, pengeluaran membengkak dan sebagainya. Hingga aku berada pada posisi terduduk dan gagal meraih HP, muncullah sebuah gagasan: HPmu telah tenggelam dan tak bisa diselamatkan, ikhlaskan. Hal ini yang membuat diriku sempat terdiam sejenak. Namun segera aku tersadar bahwa masih ada harapan, HPku terjatuh tak jauh dari tepi danau yang cukup dangkal. Akhirnya dengan susah payah, dibantu oleh seorang kawan, dikomando oleh seorang fotografer lokal, dan diabadikan kronologinya oleh kawan lainnya, HPku berhasil di bawa ke daratan. Sembari membongkar HP dan meniriskannya, aku menerima berbagai masukan, saran dan kisah sukses dari kawan yang HPnya bernasib sama. Meskipun begitu, aku tidak pernah menutup peluang kegagalan 100%. Ku jalankan saran yang masih memungkinkan untuk dilakukan. Yang tersisa, hari-hari berikutnya adalah hari pengeringan dan pemantapan hati untuk ikhlas atas segala kemungkinan yang terjadi.
Apakah kisahku seheroik, dramatis dan tragis seperti film UP? Absolutely, no. Kisahku hanyalah tentang sebuah HP S*ms*ng G*l*xy *2 yang pemakaiannya belum genap satu tahun dan terjatuh ke dalam danau semata-mata kecerobohan diriku sendiri. Bahkan ending ceritanya pun (untuk sementara) berbeda. Alhamdulillah, meski nyemplung  ke dalam air, sempat tidak bisa menyala, ketika di bawa ke service centre katanya mesti ganti spare part dengan total biaya hampir setara dengan membeli HP baru dengan tipe yang sama, namun ajaibnya HPku kini telah kembali normal. Bahkan yang sebelumnya LCDnya berubah warna, kini telah kembali seperti semula. Meskipun begitu, ada banyak pelajaran yang ku ambil dari peristiwa tersebut.
Aku belajar dan akhirnya sedikit memahami bagaimana hidup tanpa berkomunikasi dengan dunia luar. Ternyata cukup sulit dan hal itu menandakan bahwa diriku telah banyak bergantung kepada teknologi. Sehingga hari-hari pengeringan merupakan hari-hari terapi bagiku untuk tidak selalu bergantung kepada HP. Aku pun belajar tentang pilihan untuk menjadi sebab atau akibat. Aku bisa saja berwajah murung sepanjang perjalanan sebagai akibat dari HP ku yang sekarat. Atau mungkin menangis dan melakukan hal-hal dramatis lainnya. Namun aku menyadari hal itu tak sedikitpun mengubah fakta tentang HP ku yang jatuh ke dalam air. Oleh karena itu, daripada menjadi akibat (menjadi objek), aku memilih menjadi sebab (menjadi subjek) sehingga HPku kelak membaik. Dan yang tidak kalah penting adalah pelajaran tentang kesabaran. Sabar bukan berarti diam tanpa usaha alias pasrah begitu saja. Ada mekanisme prosedural yang mesti dijalankan hingga akhirnya kita mengambil sikap sabar dan ikhlas terhadap hasilnya. Ia tidak bersifat temporal, namun merentang sepanjang usia. HPku yang membaik secara ajaib setelah didiagnosa rusak parah merupakan sebuah nikmat dan ujian. Nikmat, karenanya beban pikiran berkurang, pengeluaran pun bisa ditekan. Namun ia juga merupakan ujian, tentang seberapa jauh kesabaran dan keikhlasan diriku dalam menggunakannya. Ketika tiba masa ketika HPku benar-benar rusak atau hilang, maka aku harus sabar dan mengikhlaskannya. Detak-detik HPku yang terjatuh dalam air adalah pelajaran yang begitu berharga tentang kesabaran, sekaligus sebuah teguran. Jikalau perkara HP yang tenggelam saja aku telah pusing bukan kepalang, bagaimana jika iman dan Islamku yang diguncang? Apakah sama pusingnya, lebih pusing, atau malah biasa-biasa saja?

Wahai Allah yang Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada agama-Mu

Wallahu a’lam

Yogyakarta, 4 Mei 2016
H-33 Ramadhan

From (Kampung) Dero to Hero

Detik-Detik Sebelum HP Jatuh

2 komentar:

  1. Aduuuuh... ini HP mungkin kepengin mandi bang Awa..
    Kesabaran bang awa sdg diuji, Sabar adalah bagian terpenting dalam hidup. 😀😁😂

    BalasHapus

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html