Minggu, 01 Mei 2016

Maghrib di Ende

0

Menjelang maghrib. Kami sampai di Desa Ende, tempat di mana rumah adat asli suku Sasak masih bisa ditemui. Di depan pintu masuk, kehadiran bus kami disambut oleh beberapa penduduk desa. Segera kami turun dari bus dan mengambil posisi berdiri di dekat plang bertuliskan "Desa Wisata Sasak Ende", sambil berharap yang membawa kamera segera sadar akan peran pentingnya saat itu. Setelah puas berfoto, seorang pria menghampiri kami. Dia mengarahkan kami untuk masuk ke desa sembari memulai penjelasan tentang profil desa yang cukup kontras dengan lingkungan sekitarnya ini. Dia adalah warga asli Desa Ende, tapi tak sempat aku bertanya namanya. Bahasa Indonesianya cukup baik dan gaul, jika dibandingkan dengan beberapa penjual yang kutemui di sekitar pantai Kuta dan Tanjung Aan. Sehingga diskusi pun mengalir dengan cair tanpa merasa canggung.

Singkat cerita, tibalah kami di rumah adat suku Sasak. Sebuah rumah yang termasuk masih alami jika dilihat dari tiang-tiangnya yang berupa bambu, atapnya yang menggunakan ilalang kering, dan lantainya yang berupa tanah. Namanya Bale Tani, yang berarti rumah petani. Cukup menggambarkan profesi utama warga desa Ende, yaitu petani. Di teras nampak seorang wanita yang cukup berumur duduk di atas tikar sambil mengunyah sesuatu. Tebakanku itu adalah sirih, jika dilihat dari warna bungkusannya yang hijau dan cara ibu itu memilin-milin bungkusan itu. Tak sempat bertanya banyak, ibu itu langsung menjadi sasaran objek fotografi para perempuan. Sedangkan pria yang sedari tadi mendampingi kami mulai menjelaskan tentang bentuk, bahan serta filosofi dari bangunan ini.

Hal unik yang pertama kali terlintas di pikiran adalah ukuran tinggi atap bale yang cukup rendah. Hampir-hampir atapnya menyentuh kepalaku yang termasuk kategori manusia bertubuh kurang tinggi. Alhasil setiap yang ingin masuk harus menunduk agar kepala tak membentur langit-langit rumah. Namun bentuk atap yang rendah bukan tanpa filosofi. Itu perlambang sikap hormat dari yang bertamu kepada si empunya rumah. Sehingga setinggi apapun derajat manusia yang bertamu, ia pasti akan 'membungkuk' sebagai bentuk rasa hormat dan sopan santun. Hal yang mengejutkan berikutnya adalah ruangan bale yang tanpa sekat. Dan jika malam tlah tiba, ayah dan anak lelakinya tidur di teras beratap rendah, sedangkan ibu dan anak perempuannya tidur di dalam bale. Hal ini dimaksudkan agar proses pendidikan anak benar-benar personal dan optimal dilakukan oleh orangtua. Ada satu hal lagi yang unik, namun rumornya telah lama ku dengar lewat televisi. Yakni Bale Tani yang rutin dipel dengan kotoran sapi. Kotoran sapi digunakan untuk memperkuat kesolidan tanah yang menopang rumah, (katanya) menjaga  kebersihan dan menghindarkan pemilik rumah dari penyakit dan sihir. Sapi memang merupakan ternak yang berperan besar dalam kehidupan warga Desa Ende. Investasi bagi pendidikan generasi muda. Penentu kasta seseorang ketika ia menikah. Saking pentingnya sapi bagi suatu keluarga, bahkan keperluan makan paginya lebih didahulukan daripada sarapan. Namun jika musim panen masih lama sedang persediaan menipis, maka sapi yang mulia itu berakhir di pemotongan hewan atau beralih pemilik alias dijual. Begitu kira-kira penjelasan pria yang mendampingi kami, ketika langkah tak terasa telah tiba di kandang sapi yang berdampingan dengan gudang kotoran dan Bale Lumbung.

Ya, Bale Lumbung. Sebuah bangunan dengan bentuk lebih ramping daripada Bale Tani, lebih tinggi seperti rumah panggung, tidak memiliki akses keluar masuk kecuali hanya sebuah jendela kecil. Di sinilah beberapa keluarga menyimpan hasil panen mereka sebagai persediaan makan hingga masa panen tiba kembali. Desa Ende memiliki 29 kepala keluarga dengan empat buah Bale Lumbung. Jadi, diperkirakan satu Bale Lumbung digunakan menyimpan 7-8 kepala keluarga. Mendengar penjelasan tentang Bale Lumbung, membawa pikiranku pada kisah Nabi Yusuf as. Ketika Al Aziz, pemimpin Mesir saat itu bermimpi tujuh ekor sapi betina yang gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus dan tujuh bulir gandum yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering. Lalu Nabi Yusuf as menginterpretasikan mimpi tersebut yang direkam dalam surah Yusuf ayat 47-49.

Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan. Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan dimasa itu mereka memeras anggur". (QS. Yusuf: 47-49)

Prediksi Nabi Yusuf as. ini kemudian dikenal di dunia barat dengan istilah Joseph Cycle  (siklus Nab Yusuf), dan menjadi panduan dalam memprediksi gejala-gejala krisis moneter saat ini. Dan di sini, di Desa Ende, pola atau siklus Nabi Yusuf ini telah lama diterapkan, meski tidak dalam rentang waktu 7 tahunan.

Hari makin gelap ketika pria tadi mengajak kami untuk kembali ke bus dan melanjutkan perjalanan. Kami pun bergegas kembali, menyisakan pelajaran dari desa Ende. Desa Ende di Lombok Tengah memberikan kesan orisinil dan alami. Cukup kontras dengan jalan-jalan yang kami lalui ketika menuju ke peristirahatan. Desa Ende merupakan satu dari sekian daerah yang masih mempertahankan tradisi suku Sasak di era globalisasi dan modernisasi. Tradisi dan adat yang unik, namun penuh filosofi. Begitulah orang terdahulu. Mereka tidak sekolah setinggi kita, namun penuh hikmah dan pelajaran.

Lombok, 1 Mei 2016
Selamat Hari Buruh Internasional
H-36 Ramadhan

0 komentar:

Posting Komentar

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html