*Refleksi Perkuliahan Kesembilan
Rabu, 11 November 2015
Dosen: Prof. Dr.
Marsigit, MA
Dunia
ini meliputi yang ada dan yang mungkin ada. Manusia sebagai salah satu komponen
di dunia ternyata tidak selamanya termasuk yang ada. Karena eksistensi manusia sendiri
dalam dunia sangat ditentukan oleh berbagai hal. Dalam filsafat, yang ada tidak
hanya menunjukkan keberadaan secara fisik. Karena hakikat yang ada harus
meliputi ada, mengada dan pengada. Mengada adalah
aktivitas untuk mengubah yang
mungkin ada menjadi ada sehingga menghasilkan sebuah produk. Sedangkan pengada
adalah hasil atau produk dari aktivitas mengada tersebut. Ketika manusia
mengada dan pengada maka lengkaplah ia menjadi ada. Sebagai contoh, seorang
guru akan dianggap eksistensinya ketika ia menjalankan tugasnya secara
profesional, yakni mendidik siswa sesuai dengan tujuan pendidikan. Dari proses
mendidik seorang guru akan menghasilkan berbagai macam produk seperti rencana
pembelajaran, soal tes, LKS, portofolio dan lain sebagainya. Ketika seorang
guru tidak menjalankan tugasnya dengan baik, tidak menghasilkan karya yang
bermanfaat, maka ketika itu pula eksistensinya sebagai guru mulai diragukan.
Oleh karena itu, sebenar-benar hidup di dunia adalah senantiasa bekerja untuk
mengada, menghasilkan pengada, sehingga selalu ada.
Namun
semata-mata bekerja pun ternyata baru separuh dunia. Karena dunia ini tidak
hanya bersifat vital (potensial), tetapi juga bersifat fatal (kepasrahan). Bahwa
manusia memiliki potensi untuk berikhtiar mencapai tujuan dan cita-cita, tetapi
manusia perlu meyakini pula bahwa ada ketentuan Tuhan yang menentukan nasib
kita berdasarkan besar usaha kita. Sehingga manusia selain berikhtiar dan
bekerja dalam menggapai tujuan, juga perlu berdoa agar Tuhan memberikan
ketentuannya yang terbaik dan setimpal dengan kerja-kerjanya. Begitu pula
sebaliknya, dari doa-doa yang dipanjatkan kemudian manusia memulai segala
aktivitasnya. Sehingga doa-doa tersebut tidak hanya mengambang tanpa ada upaya
untuk merealisasikan. Selain itu, manusia juga perlu membangun pikiran yang
positif terhadap segala upaya yang telah ia lakukan dengan hasil ketetapan
Tuhan. Dengan senantiasa berpikir positif, manusia akan senantiasa bersyukur
dan optimis dalam menjalani hidup di dunia. Oleh karena itu, dunia yang lengkap
dan utuh adalah dunia yang dibangun oleh kerja, pikir dan doa. Dengan ketiga
hal tersebut manusia mengada, menghasilkan pengada, dan membangun dunia
sehingga senantiasa memiliki eksistensinya.
Jogjakarta, 20 November 2015
From (Kampung) Dero to Hero
0 komentar:
Posting Komentar