Senin, 23 November 2015

Agama: Mitos atau Logos?*

0



*Refleksi Perkuliahan Kesepuluh
Rabu, 18 November 2015
Dosen: Prof. Dr. Marsigit, MA

Mitos adalah sesuatu yang semestinya bisa dipikirkan oleh manusia, tapi tidak mereka pikirkan. Mitos telah ada sejak manusia lahir dengan berbagai bentuk dan dimensinya. Seperti mitos bahwa pelangi adalah jembatan para bidadari yang turun ke Bumi. Padahal pelangi adalah efek pembiasan cahaya menggunakan lensa alami (air hujan) maupun lensa buatan (prisma). Ketika manusia berhenti pada pemahaman bahwa pelangi adalah jembatan bagi para bidadari, maka manusia telah termakan mitos. Namun ketika manusia memikirkan mitos secara kritis dan mencari kebenarannya, maka mitos pun berubah menjadi logos. Begitu pula pernyataan-pernyataan filsuf atau para ahli yang kita terima begitu saja tanpa dipikirkan secara kritis, maka semuanya pun akan menjadi mitos. Mitos dapat pula berupa jawaban sementara atas sebuah pertanyaan. Seperti konjektur atau rumus dugaan terhadap suatu pola. Ketika matematikawan berhenti pada konjektur itu saja, maka sebenarnya pengetahuannya terancam menjadi mitos. Kebiasaan seperti berpakaian, menulis dengan tangan kanan, mencuci kaki sebelum tidur, juga termasuk mitos jika kita tidak merenungkan segala rutinitas tersebut. Sehingga mitos adalah kondisi ketika manusia merasa telah mengerti dengan jelas lalu berhenti berpikir.
Mitos dan logos itu bersifat relatif, sesuai ruang dan waktu, yakni berdimensi. Sehingga mitos dapat dipahami sebagai bentuk ketidakpahaman dimensi yang di bawah terhadap dimensi yang berada di atasnya. Seperti bawahan tidak memahami mengapa atasannya memerintahnya begini dan begitu. Oleh karena itu, menghindarkan diri dari mitos perlu memahami ruang dan waktu. Karena logos di satu ruang dan waktu, bisa menjadi mitos di ruang dan waktu yang lain. Begitu pula sebaliknya.
Lalu bagaimana dengan agama? Sebagaimana yang Prof. Marsigit sampaikan bahwa agama bukanlah mitos, melainkan sebuah keyakinan. Tetapi sewaktu-waktu bisa berubah menjadi mitos. Yakni ketika manusia beribadah tanpa ilmu. Sebagaimana amal yang diterima Tuhan adalah amal yang dilandasi oleh niat yang ikhlas dan sesuai dengan aturan agama. Sehingga beribadah dengan bekal ilmu agama yang mumpuni pun menjadi syarat yang utama. Namun hal tersebut tidak serta merta memberikan ruang kepada manusia untuk mempertanyakan (sebagaimana pangkal dari ilmu adalah bertanya) mengapa harus beribadah dengan cara begini dan begitu. Adapun yang dapat manusia lakukan adalah menemukan hikmah dari setiap perintah dan larangan yang Tuhan berlakukan untuk manusia. Di mana hikmah tersebut tentunya berdimensi, sehingga tidak selamanya manusia mampu menemukan hikmah dari setiap aturan yang agama telah tetapkan. Hal inilah yang menjadi landasan bahwa metode hermeneutika tidak dapat diberlakukan kepada agama dan kitab sucinya. Karena hal itu sama saja manusia berusaha menduga-duga kekuasaan Tuhan yang sejatinya absolut.
Dunia yang lengkap adalah mitos, logos, dan spiritual. Dan setiap pikiran manusia memiliki ambang batasnya masing-masing. Maka agama adalah sebuah keyakinan yang ditopang oleh ilmu pengetahuan dan terbebas dari segala bentuk mitos. Namun ketika manusia tidak mampu (dan tidak akan pernah mampu) memikirkan salah satu bagian dari agama, maka kembalikan bagian tersebut kepada hati yang ikhlas, yakni iman dan takwa kita kepada Tuhan (spiritual).

Jogjakarta, 23 November 2011
From (Kampung) Dero to Hero

0 komentar:

Posting Komentar

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html