Tugas Refleksi Mata
Kuliah Filsafat Ilmu
Dosen: Prof. Dr.
Marsigit, MA
Seiring
perkembangan zaman, ilmu pengetahuan pun semakin hari semakin berkembang. Ilmu
pengetahuan yang dahulu telah dibangun dan diajarkan kini menjadi pondasi bagi
berkembangnya berbagai cabang ilmu pengetahuan yang baru. Begitu pula filsafat
sebagai salah satu pondasi ilmu pengetahuan, telah memberikan pengaruh terhadap
berbagai macam aspek kehidupan masyarakat hingga saat ini. Di antara pemikiran
filsafat yang hingga hari ini masih memberikan pengaruh yang besar terhadap
kehidupan manusia adalah pemikiran postivisme yang dicetuskan oleh August
Comte.
Istilah
positivisme dikenalkan oleh Comte sebagai ilmu pengetahuan yang berdasarkan
fakta-fakta, tidak kurang dan tidak lebih. Yakni ilmu pengetahuan yang empiris
dan rasional yang diperoleh melalui observasi (pengalaman indrawi), percobaan,
perbandingan, dan generalisasi secara induktif sehingga diperoleh sebuah teori.
Dengan demikian positivisme menekankan metodologi dalam meraih ilmu
pengetahuan, yakni metode ilmiah yang bersifat induktif dan verifikatif.
Aktualisasi
Comte tentang pemikiran positivisme dituangkan dalam tiga tahapan perkembangan
manusia, yakni tahapan teologis, metafisik, dan positif. Tahap pertama adalah
teologis, yakni meyakini bahwa segala fenomena-fenomena alam telah diatur oleh
kuasa yang memiliki rasio dan kehendak seperti manusia tetapi berada tingkatan
yang lebih tinggi daripada manusia (Tuhan atau Dewa). Tahap kedua adalah
metafisik, yakni pergeseran dari kekuatan para dewa kepada kekuatan-kekuatan
abstrak, pengertian, atau benda konkrit. Sehingga segala kekuatan dapat
dijelaskan dalam konsep alam sebagai asal muasal semua fenomena. Tahapan ketiga
dan puncaknya adalah positif, yakni manusia tidak menganggap berguna lagi
menggapai pemahaman teologis dan metafisik dalam ilmu pengetahuan. Ilmu
pengetahuan dipahami sebagai kumpulan fakta-fakta yang berhubungan satu sama
lain yang ditelusuri dengan akal. Sehingga pada tahapan ini positivisme
merupakan anti tesis dari metafisik dan teologis, yakni kaum positivis
membatasi dunia mereka hanya kepada hal-hal yang dapat diindra, diukur,
dianalisa, dan dibuktikan kebenarannya. Positvisme menolak otoritas agama,
kemudian menuhankan rasionalitas dan pengalaman.
Alira
positivisme kini memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di dunia. Pada dunia pendidikan, bentuk produk dari
pemikiran Comte adalah kurikulum 2013 yang menerapkan metode saintifik. Di sisi
lain, manusia tidak dapat terpisahkan dari teknologi. Teknologi yang berkembang
begitu pesat telah memberikan kemudahan kepada para penggunanya dalam
menjalankan aktivitas sehari-hari. Ketergantungan manusia kepada teknologi
inilah yang melahirkan paradigma materialisme, pragmatisme, hedonisme,
utilitarianism, kapitalisme dan liberalisme. Sehingga kebenaran semata-mata
dinilai dari objek konkrit, kebermanfaatan, kepuasan duniawi, modal, dan
kebebasan nilai itu sendiri tanpa berpikir hakikatnya maupun nilai-nilai
transendennya. Hal ini mengakibatkan manusia menuhankan teknologi serta akal
mereka, dan meninggalkan aspek-aspek humaniora dan spiritual.
Ketika kebenaran
hanya diperoleh melalui akal, maka ilmu pengetahuan tersebut berpotensi berubah
menjadi mitos. Karena sejatinya akal dan pengalaman bersifat dinamis, sesuai
ruang dan waktunya. Sehingga kebenaran yang diperoleh akal dan pengalaman pun
harus terus diuji dan dibuktikan, yakni dengan senantiasa melakukan tesis, anti
tesis, dan sintesis. Di satu sisi, akal manusia memiliki keterbatasan dalam
menjelaskan semua fenomena yang terjadi di alam. Sehingga menggapai metafisik
dan transenden merupakan cara untuk memahami hakikat dari fenomena yang
terjadi, bahwa ada campur tangan Tuhan dibalik itu semua. Membangun dunia ilmu
pengetahuan dengan akal dan pengalaman barulah separuh dari seutuhnya dunia.
Maka separuhnya lagi adalah nilai-nilai spiritual yang dibimbing oleh hati yang
bersih, iman dan takwa.
From (Kampung) Dero to Hero
0 komentar:
Posting Komentar