Organisasi adalah sekolah. LDK adalah wadah bagi
mahasiswa yang ingin menjadi shaleh dan menshalehkan orang lain. Dan dakwah
adalah bentuk rasa syukur kepada Allah SWT dan rasa cinta kepada sesama
manusia. Berdakwah di lingkungan kampus melalui organisasi berupa Lembaga
Dakwah Kampus (LDK) merupakan sebuah proses belajar dalam mengimplementasikan
nilai-nilai dakwah di lingkungan kampus. Darinya diharapkan muncul sosok-sosok
profesional yang berafiliasi terhadap Islam dan terwujudnya suasana kampus yang
mengandung nilai-nilai Islam. Ia meliputi aspek syiar, kaderisasi, keilmuan,
keprofesian, dan kebijakan kampus.
Semakin kekinian, dakwah kampus semakin kokoh dan
terasa kebermanfaatannya bagi lingkungan kampus dan masyarakat. Hal ini
ditandai dengan pertumbuhan LDK baru di beberapa kampus, munculnya
komunitas-komunitas bergenre Islam baik berbasis minat bakat maupun
kemanusiaan, kesadaran berhijab yang makin tinggi, dan lain sebagainya. Namun
hal tersebut bukan berarti tantangan dakwah menjadi hilang atau berkurang.
Justru problematika dalam dakwah kampus menjadi lebih kompleks, yang membuat
dakwah dituntut senantiasa dinamis. Sehingga diperlukan inovasi dan kreasi dari
setiap kader dakwah dalam menjawab segala tantangan dakwah di masa kini.
Problematika dan tantangan dakwah kampus terkadang
tidak mampu diselesaikan oleh seorang kader dakwah secara tepat. Hal ini dapat
dipengaruhi oleh faktor pengalaman dan bekal pemahaman dakwah yang belum menyeluruh.
Maka diperlukan sebuah wadah bagi para ADK untuk dapat saling berbagi
pengalaman dan pengetahuan mengenai dakwah kampus. Tulisan ini hadir sebagai
bentuk kontribusi nyata terhadap hal tersebut. Berawal dari pertanyaan seorang
ADK tentang problematika LDK yang saya anggap daerah lain pun mengalami hal
yang sama. Sehingga problematika tersebut kemudian diakomodir dalam sebuah grup
diskusi dan melahirkan solusi dan tanggapan. Meskipun tidak semua solusi dan
tanggapan bersifat praktis, diharapkan tulisan mampu menjadi inspirasi bagi LDK
dalam menghadapi tantangan dakwah masa kini. Berikut sekelumit dari sekian
banyak problematika dakwah kampus beserta hasil diskusinya.
1.
Bagaimana membentuk kader yang kritis dan tidak
apatis
Semakin banyaknya mahasiswa yang apatis merupakan
tantangan yang tidak hanya dihadapi oleh LDK, tetapi juga organisasi dan
gerakan kemahasiswaan lainnya. Sehingga nampaknya terjadi persaingan antar
organisasi mahasiswa dalam merekrut anggotanya. Padahal sejatinya yang mesti
dilakukan organisasi mahasiswa adalah saling bekerja sama dalam membendung
sikap sikap apatis mahasiswa tersebut.
Sikap apatis muncul dari sudut pandang yang keliru
terhadap organisasi dan gerakan mahasiswa. Maka untuk mengubahnya, mesti dimulai
dari memperbaiki sudut pandangnya yakni dengan memberikan pemahaman yang benar.
Karena hal yang penting dalam pembentukan kader adalah memberikan ruang gerak kepada
mereka yang berlandaskan atas pemahaman. Membangun watak organisasi yang
bergerak atas dasar pemahaman akan melahirkan kader-kader yang kritis. Hal ini
memang memerlukan proses yang panjang mengingat yang sedang kita lakukan adalah
mengubah mindset orang banyak. Sehingga nuansa kritis dan dinamis mesti dibangun
secara kultural maupun struktural. Kegiatan seperti diskusi, literasi,
silaturrahim tokoh dan turun ke masyarakat mesti dihidupkan dalam ruang-ruang
kemahasiswaan.
Akan berbeda kondisinya ketika berhadapan dengan kader
yang telah memiliki sikap kritis dan keinginan untuk bergerak. Yang perlu
dilakukan adalah memberikan porsi kegiatan yang mampu mengakomodir sikap kritis
yang mereka miliki. Karena tak jarang kader yang kritis justru keluar karena
minimnya pemahaman/penjelasan atas amanah yang dia emban. Sehingga muncul
ketidakpuasan dan kekecewaan yang membuat mereka lebih memilih beraktivitas di luar.
Namun memberikan semua jawaban atas segala pertanyaan mereka pun bukan cara
yang bijak dalam membentuk kader yang kritis. Jadikan setiap amanah yang
diemban sebagai proses pembelajaran dan pemahaman. Intinya, treatment yang
tepat untuk orang yang tepat agar menghasilkan output yang tepat.
2.
Agenda seperti apa yang bisa menarik minat
mahasiswa yang kini cenderung hedonis
Mahasiswa yang cenderung hedon pun merupakan
tantangan bagi organisasi mahasiswa khususnya Dakwah Kampus. Kecintaan kepada
dunia dengan segala kesenangannya merupakan hal yang kontras dengan pesan-pesan
dakwah yang ingin kita sampaikan. Namun hal tersebut tidak berarti mereka tidak
dapat disentuh oleh dakwah. Yang perlu kita lakukan adalah mengemas syiar-syiar
Islam kita menjadi lebih dekat dengan kehidupan mereka. Di antaranya adalah
dengan membuat klub atau komunitas yang berbasis minat dan bakat seperti klub
gowes sepeda, klub basket, komunitas fotografer, dan lain sebagainya. Komunitas
tersebut yang akan menjadi wadah bagi kita untuk berdakwah. Kita dapat
menyampaikan pesan-pesan dakwah Islam tanpa terkesan menceramahi, mereka pun
merasa nyaman dengan terfaslitasinya minat dan bakat mereka.
3.
Bagaimana membangun pemahaman kader bahwa dakwah
itu indah dan tidak akan mengganggu aktivitas mereka, sehingga mereka jatuh
hati pada dakwah
Tak kenal maka tak sayang. Peribahasa ini mengisyaratkan
bahwa rasa cinta itu hadir dari sebuah ma’rifat (pemahaman). Tidak mungkin
seseorang jatuh hati kepada dakwah sedangkan pemahamannya tentang Islam dan
dakwah itu sendiri belum kokoh. Pemahaman kenapa aku harus bergerak itu harus
lurus dan kokoh. Sehingga seorang kader pantang mundur hanya karena sedikit
salah paham dg tim yag lain atau masalah lainnya yang lebih sepele.
Ada sebuah hadits Nabi yang merupakan kaidah bagi kita
dalam berdakwah. Permudahlah dan jangan mempersulit, berilah kabar gembira dan
janganlah menakut-nakuti. Sehingga asas ukhuwah dan madrasah di atas tuntutan organisasi
menjadi hal pertama yang penting untuk dibangun. Selain itu, keteladan seorang
kader dan pembinaan yang berkesinambungan juga merupakan kunci agar dakwah
memiliki tempat yang utama dalam jiwa dan raga kader-kader dakwah. Berikan
mereka amanah sesuai dengan kondisi pembinaan ruhiyahnya. Jika kader itu ibarat
sebuah wadah, maka pembinaan adalah sebuah proses memperbesar volume dari wadah
tersebut. Semakin berkualitas dan berkuantitas pembinaannya, semakin besar
volume wadahnya, maka semakin siap ia mengemban amanah yang lebih besar.
4.
Bagaimana membentuk tim yang solid dan komitmen
terhadap amanah
Allah SWT mencintai orang-orang yang berjuang di
jalan-Nya dengan barisan yang rapi ibarat sebuah bangunan. Maka kesolidan tim
menjadi hal yang penting untuk dibangun dalam aktivitas dakwah. Kuncinya adalah
kepercayaan. Organisasi akan menjadi solid jika orang-orang yang berada di
dalamnya saling mempercayai. Maka bangunlah kepercayaan itu melalui pemberdayaan
anggota tim secara merata sesuai dengan potensi dan kemampuannya. Selain itu,
sistem kontrol juga perlu dibuat agar kesolidan tim senantiasa terjaga.
Sarananya dapat berupa reward and punishment, syuro, mabit, ngobrol ringan bersama,
dan sebagainya. Hal tersebut sifatnya berkelanjutan.
5.
Bagaimana cara mengajak mahasiswi untuk
bergabung ke LDK, sedangkan mereka sangat alergi dengan akhwat yang jilbab
lebar
LDK adalah salah satu sarana kita dalam berdakwah.
Hal ini penting untuk dimaknai agar kita tidak terjebak pada pengerdilan makna
dakwah yang sejatinya banyak cara dan sarana untuk melakukannya. Selain itu, aktivitas
dakwah kampus (sebagaimana yang telah disampaikan di awal) bertujuan untuk mencetak
lulusan kampus yang profesional sekaligus berafiliasi terhadap Islam serta
terbentuk suasana kampus yang berlandaskan nilai-nilai Islam. Sehingga tujuan utama
dakwah kampus bukanlah agar semua mahasiswa masuk LDK. Melainkan agar seluruh
mahasiswa memiliki pemahaman Islam yang benar, ikhlas menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari, dan siap berbagi kebaikan-kebaikan Islam melalui
sarana-sarana yang tersedia, tidak hanya LDK.
Selain orientasi yang benar, metodenya pun harus sesuai
dengan objek dakwah dan senantiasa dalam koridor yang telah ditetapkan. Sehingga
sikap penolakan terhadap dakwah mesti kita evaluasi sebagai ketidakesuaian cara
kita dalam berdakwah. Dalam konteks sikap alergi mahasiswi terhadap akhwat yang
berjilbab lebar pun begitu. Perlu dicari tahu, bagaimana mereka bisa alergi kepada
akhwat yang berjilbab lebar. Karena bisa jadi ada yg salah dengan cara kita
bergaul terhadap mereka atau bahkan mereka tidak menjadi bagian dalam pergaulan
kita. Memang di satu sisi dapat dipahami bahwa tantangan bagi ikhwan untuk bisa
berbaur dengan objek dakwah cenderung lebih kecil daripada akhwat jika dilihat
dari tata cara berpakaian. Namun di sisi yang lain, perempuan memiliki
kemampuan beradaptasi dan bersosialisasi dengan sesama perempuan yang lebih
baik ketimbang laki-laki. Sehingga tidak ada alasan bagi seorang aktivis dakwah
untuk bersikap eksklusif terhadap objek dakwahnya. Maka bangun kembali image yang baik dan
inklusif tentang akhwat jilbab lebar. Baik dengan cara membuat kegiatan yang
sesuai dengan minat kebanyakan mahasiswi (seperti tips merawat kulit, membuat
kerajinan tangan, atau sekedar ngerujak dsb) maupun dengan pendekatan personal
(dakwah fardiyah). Dakwah fardiyah mungkin tergolong cara lama, tapi cara ini
masih relevan untuk menghadapi objek dakwah yang alergi terhadap akhwat jilbab
lebar.
Selain itu, yakinlah bahwa ketika telah sesuai dari
sisi orientasi maupun metodenya, maka dakwah Islam akan bernilai positif
terhadap objek dakwah kita. Soal masuk LDK atau tidak, itu pilihan. Mereka bisa
masuk sarana dakwah yang mana saja sesuai dengan minat dan potensi.
Demikian beberapa tantangan yang dihadapi oleh
dakwah kampus beserta dengan tanggapan dan solusinya. Kekurangan di sana-sini
tidak bisa saya hindari. Masukan, kritik maupun pertanyaan yang mampu
meningkatkan kualitas tulisan ini saya harapkan dengan sepenuh hati.
Wallahu a’lam bishshawwab.
Special thanks to: All generation of FSLDK KaltimTara Squad
Yogyakarta, 25 Maret 2016
From (Kampung) Dero to Hero
0 komentar:
Posting Komentar