Senin, 21 Maret 2016

Tahapan Kaderisasi dan Manajemen Rekruting*

0

“(Dia) yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kalian, sesiapa yang paling baik pekerjaannya.” (QS. Al Mulk: 2)


Eksistensi dari sebuah ideologi, lembaga, maupun pergerakan dipengaruhi oleh ada atau tidaknya orang-orang yang masih memperjuangkannya. Meskipun Islam sebagai ideologi telah dijamin oleh Allah akan eksistensinya, namun hal tersebut tidak membuat Islam terlepas dari fitnah musuh-musuh Islam. Oleh karena itu, perlu suatu sistem yang mampu membentuk generasi umat Islam yang siap berdakwah. Sebagaimana dalam QS. Ali Imran ayat 105.
Maka kaderisasi adalah sistem yang memastikan bahwa akan selalu ada sebagian dari umat yang berdakwah. Agar semakin banyak orang yang bergabung dan menyokong dakwah Islam. Begitu pula dalam konteks dakwah kampus, kaderisasi adalah cara untuk memastikan agar dakwah kampus senantiasa hidup dan dinamis.
Kaderisasi dalam konteks apapun perlu dipahami sebagai sebuah proses yang berkesinambungan. Sehingga memandang bahwa kerja-kerja kaderisasi adalah hanya yang tertuang dalam sebuah proker, belumlah cukup. Proker-proker tersebut tidak lain adalah sarana-sarana struktural yang harapannya dapat menunjang proses kaderisasi. Sehingga, jika sekedar menjalankan proker kaderisasi tanpa ada alasan dan followup yang jelas, maka proker tersebut tidak akan memberikan kontribusi signifikan terhadap keberlangsungan kaderisasi.
Contoh sederhana dalam konteks Dakwah Kampus, program kerja Database Kader. Database kader yang berkontribusi pada proses kaderisasi adalah database yang mampu menggambarkan profil umum kader, progresivitas aspek akademiknya, track record amanahnya, capaian karakteristik da’iyahnya, hingga prestasinya. Ditambah dengan proses followup berupa pengolahan data dan pemetaan kader. Maka dari data tersebut kita dapat melihat potensi kader secara jelas dan menjadi pertimbangan bagi kita dalam menentukan strategi pembentukan kader selanjutnya.
Jika kita sepakat dengan contoh tersebut, maka konsekuensinya adalah pendataan kader tidak hanya dilaksanakan pada awal rekruting saja, namun berlangsung secara periodik. Dan masih banyak contoh lainnya Oleh karena itu, memahami tahapan kaderisasi menjadi penting, agar setiap rencana proker yang akan kita rancang senantiasa menunjang proses tersebut. Lalu apa tahapan-tahapannya? Sila disimak.
1.    Tahapan Kaderisasi


Perekrutan, adalah tahapan di mana mad`u / objek dakwah pertama kali berinteraksi dengan lembaga dakwah kampus. Tujuan dari tahapan ini adalah agar mad’u mendapatkan informasi tentang Islam dan dakwah kampus sehingga mereka tertarik dan bersedia bergabung dalam barisan dakwah.
Pembentukan. Karena alasan mereka bersedia untuk bergabung di LDK adalah untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang Islam dan dakwah, tujuan dari tahapan ini adalah memberikan pemahaman tentang Islam yang benar sehingga Islam menjadi ideologi yang kokoh dalam dirinya. Dan dengannya, ia semakin mantap dalam beraktivitas dakwah.
Pengorganisasian. Ideologi Islam yang tengah dibangun akan semakin kokoh dengan melibatkan mereka dalam amal-amal nyata. Maka berikan ladang amal bagi mereka untuk mengaktualisasikan keIslaman mereka dalam wadah LDK atau sarana dakwah lainnya.
Pemberdayaan. Pada tahapan ini seorang kader telah mengambil peran utama dalam aktivitas dakwah. Sehingga tujuan dari tahapan ini adalah mobilisasi kerja pada sarana-sarana dakwah yang ada melalui pengoptimalan potensi kader. Kader yang memiliki kepakaran dalam bidang ilmu pengetahuannya diarahkan untuk menjadi sosok akademisi teladan, yang gagasannya didengar oleh banyak orang. Kader yang mumpuni dalam hal manajerial diamanahkan untuk mengelola organisasi dakwah maupun penunjangnya yang strategis. Kader yang wirausahawan dibentuk agar mereka berbisnis dengan orientasi merekrut. Dan sebagainya. Sehingga kita mendapati kader kita setara dengan 10 orang pada umumnya, sebagaimana yang Allah SWT gambarkan dalam QS. Al Anfal ayat 65.

Keempat tahapan ini berjalan secara berkesinambungan. Sehingga beranjak ke tahapan berikutnya, tidak berarti meninggalkan tahapan sebelumnya. Oleh karena itu, proses tersebut memerlukan sistem kontrol untuk memastikan setiap tahapannya berjalan secara optimal.
Nah sekarang, mari diingat kembali proker-proker kaderisasi yang telah antum/na rancang? Di antara proker-proker tersebut, manakah yang termasuk dalam tahapan perekrutan, pembentukan, perngorganisasian, pemberdayaan, atau sistem kontrol? Sudahkah ia berperan sebagaimana mestinya?
2.    Manajemen Rekruting
Setiap tahapan kaderisasi memiliki peranan yang sama-sama penting, namun dengan prioritas amal yang bersesuaian dengan timeline dakwah. Dalam konteks dakwah kampus, jenjang studi dan kalender akademik menjadi salah satu faktor yang memengaruhi timeline dakwah secara umum dan tahapan kaderisasi secara khusus.
Sebagaimana tahap perekrutan, ia lebih masif dilakukan ketika momentum penerimaan mahasiswa baru. Meskipun perekrutan tidak selalu harus berkaitan dengan mahasiswa baru. Namun mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi, maka momentum terbaik dalam melakukan perekrutan adalah ketika penerimaan mahasiswa baru.
Jumlah mahasiswa baru yang sangat besar jika dibandingkan dengan jumlah kader dakwah (dalam banyak kasus),  sikap apatis mahasiswa, persaingan dengan gerakan yang bersebrangan dengan Islam, keterbatasan gerak dikarenakan faktor teknis dan non teknis, merupakan sebagian kecil dari sekian banyak alasan kenapa perekrutan mesti dikelola dengan efektif dan efisien.
Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen rekruting.

Membentuk tim. Terdiri dari kader-kader yang telah melalui tahapan pemberdayaan pada alur kaderisasi. Tim inilah yang akan merumuskan target dan strategi pencapaiannya.
Menentukan target. Rekruting pada dakwah bersifat ekspansi terbatas. Artinya, tidak semua mahasiswa baru kita rekrut untuk bergabung di DK. Tetapi ada yang menjadi prioritas rekruting. Sebagai gambaran, akan lebih mudah merekrut seseorang yang rajin shalat daripada yang shalatnya masih jarang, yang pernah bergabung di rohis daripada yang bukan, yang sudah pernah mentoring daripada yang belum. Beberapa gambaran tersebut merupakan beberapa pertimbangan dalam menentukan prioritas rekruting. Meskipun bukan sebuah jaminan bahwa mahasiswa yang cenderung shaleh akan menjadi penggerak dakwah kelak, begitu pula sebaliknya. Karena hidayah Allah bisa hadir kepada siapa saja. Namun tetap saja bagi seorang aktivis dakwah, kita perlu prioritas dalam beramal. Karena hal ini akan mengefektifkan dan mengefisienkan rekruting yang dilakukan. Namun hal tersebut tidak berarti bahwa mahasiswa yang lain tidak berhak atas dakwah melalui kita. Mereka tetap berhak mendapatkan sentuhan dakwah kita melalui syiar-syiar kita. Inilah yang membedakan antara konteks syiar dan kaderisasi. Setelah merumuskan prioritas, selanjutnya adalah menentukan jumlah target rekruting. Prioritas dan jumlah target rekruting yang baik adalah yang ideal sekaligus realistis. Ideal artinya memenuhi kebutuhan kader sehingga dakwah akan terus berlangsung di masa yang akan datang, atau bahkan memungkinkan untuk memperluas ranah dakwahnya. Realistis artinya sesuai dengan kondisi kader yang siap merekrut dan membina, serta tantangan-tantangan dakwah yang dihadapi.
Selanjutnya adalah menentukan sarana rekruting. Ia dapat bersifat kultural seperti dakwah fardiyah (personal) maupun yang bersifat struktural seperti event, pelayanan kampus, praktikum agama Islam dan sebagainya. Penentuan sarana akan mempertimbangkan hal-hal yang sama dalam menentukan target.
Breakdown target. Jika kita memiliki beberapa sarana rekruting, maka pecahlah target besar rekruting yang telah dirumuskan menjadi target-target kecil pada setiap sarananya. Hal ini akan membuat kita lebih fokus dalam mencapai target pada setiap sarananya.
Controlling. Cukup jelas. Karena tahapan ini tidak berlangsung dalam satu-dua hari, maka perlu ada sistem kontrol yang memastikan prosesnya mencapai target yang diinginkan. Ia dapat berupa form evaluasi rekruting harian, rapat tim, dan sebagainya. Selain itu, sistem kontrol juga mesti mengantarkan setiap hasil rekruting kepada tahapan berikutnya, yaitu pembentukan.
Demikian yang bisa saya bagi kepada antum/na sekalian. Semoga bermanfaat. Kesuksesan dakwah tidak semata-mata tentang seberapa baik manajemen dakwahnya, tapi seberapa dekat pelakunya kepada Allah SWT.

Wallahu a’lam bishshawwab.

Yogyakarta, 21 Maret 2016
From (Kampung) Dero to Hero

*Tulisan disajikan dalam Forum Manajemen Lembaga Dakwah Kampus Wilayah Utara FSLDK KaltimTara

0 komentar:

Posting Komentar

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html