“(Dia) yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kalian, sesiapa
yang paling baik pekerjaannya.” (QS. Al Mulk: 2)
Eksistensi
dari sebuah ideologi, lembaga, maupun pergerakan dipengaruhi oleh ada atau
tidaknya orang-orang yang masih memperjuangkannya. Meskipun Islam sebagai
ideologi telah dijamin oleh Allah akan eksistensinya, namun hal tersebut tidak
membuat Islam terlepas dari fitnah musuh-musuh Islam. Oleh karena itu, perlu suatu
sistem yang mampu membentuk generasi umat Islam yang siap berdakwah. Sebagaimana
dalam QS. Ali Imran ayat 105.
Maka
kaderisasi adalah sistem yang memastikan bahwa akan selalu ada sebagian dari
umat yang berdakwah. Agar semakin banyak orang yang bergabung dan menyokong
dakwah Islam. Begitu pula dalam konteks dakwah kampus, kaderisasi adalah cara
untuk memastikan agar dakwah kampus senantiasa hidup dan dinamis.
Kaderisasi
dalam konteks apapun perlu dipahami sebagai sebuah proses yang
berkesinambungan. Sehingga memandang bahwa kerja-kerja kaderisasi adalah hanya
yang tertuang dalam sebuah proker, belumlah cukup. Proker-proker tersebut tidak
lain adalah sarana-sarana struktural yang harapannya dapat menunjang proses
kaderisasi. Sehingga, jika sekedar menjalankan proker kaderisasi tanpa ada
alasan dan followup yang jelas, maka proker tersebut tidak akan memberikan
kontribusi signifikan terhadap keberlangsungan kaderisasi.
Contoh
sederhana dalam konteks Dakwah Kampus, program kerja Database Kader. Database
kader yang berkontribusi pada proses kaderisasi adalah database yang mampu
menggambarkan profil umum kader, progresivitas aspek akademiknya, track record
amanahnya, capaian karakteristik da’iyahnya, hingga prestasinya. Ditambah
dengan proses followup berupa pengolahan data dan pemetaan kader. Maka dari data
tersebut kita dapat melihat potensi kader secara jelas dan menjadi pertimbangan
bagi kita dalam menentukan strategi pembentukan kader selanjutnya.
Jika kita
sepakat dengan contoh tersebut, maka konsekuensinya adalah pendataan kader
tidak hanya dilaksanakan pada awal rekruting saja, namun berlangsung secara
periodik. Dan masih banyak contoh lainnya Oleh karena itu, memahami tahapan
kaderisasi menjadi penting, agar setiap rencana proker yang akan kita rancang
senantiasa menunjang proses tersebut. Lalu apa tahapan-tahapannya? Sila disimak.
1.
Tahapan Kaderisasi
Perekrutan,
adalah tahapan di mana mad`u / objek dakwah pertama kali berinteraksi dengan
lembaga dakwah kampus. Tujuan dari tahapan ini adalah agar mad’u mendapatkan
informasi tentang Islam dan dakwah kampus sehingga mereka tertarik dan bersedia
bergabung dalam barisan dakwah.
Pembentukan.
Karena alasan mereka bersedia untuk bergabung di LDK adalah untuk mendapatkan
informasi yang lebih mendalam tentang Islam dan dakwah, tujuan dari tahapan ini
adalah memberikan pemahaman tentang Islam yang benar sehingga Islam menjadi
ideologi yang kokoh dalam dirinya. Dan dengannya, ia semakin mantap dalam
beraktivitas dakwah.
Pengorganisasian.
Ideologi Islam yang tengah dibangun akan semakin kokoh dengan melibatkan mereka
dalam amal-amal nyata. Maka berikan ladang amal bagi mereka untuk
mengaktualisasikan keIslaman mereka dalam wadah LDK atau sarana dakwah lainnya.
Pemberdayaan.
Pada tahapan ini seorang kader telah mengambil peran utama dalam aktivitas
dakwah. Sehingga tujuan dari tahapan ini adalah mobilisasi kerja pada
sarana-sarana dakwah yang ada melalui pengoptimalan potensi kader. Kader yang
memiliki kepakaran dalam bidang ilmu pengetahuannya diarahkan untuk menjadi
sosok akademisi teladan, yang gagasannya didengar oleh banyak orang. Kader yang
mumpuni dalam hal manajerial diamanahkan untuk mengelola organisasi dakwah maupun
penunjangnya yang strategis. Kader yang wirausahawan dibentuk agar mereka
berbisnis dengan orientasi merekrut. Dan sebagainya. Sehingga kita mendapati
kader kita setara dengan 10 orang pada umumnya, sebagaimana yang Allah SWT
gambarkan dalam QS. Al Anfal ayat 65.
Keempat tahapan ini berjalan
secara berkesinambungan. Sehingga beranjak ke tahapan berikutnya, tidak berarti
meninggalkan tahapan sebelumnya. Oleh karena itu, proses tersebut memerlukan
sistem kontrol untuk memastikan setiap tahapannya berjalan secara optimal.
Nah sekarang,
mari diingat kembali proker-proker kaderisasi yang telah antum/na rancang? Di
antara proker-proker tersebut, manakah yang termasuk dalam tahapan perekrutan,
pembentukan, perngorganisasian, pemberdayaan, atau sistem kontrol? Sudahkah ia
berperan sebagaimana mestinya?
2.
Manajemen Rekruting
Setiap tahapan
kaderisasi memiliki peranan yang sama-sama penting, namun dengan prioritas amal
yang bersesuaian dengan timeline dakwah. Dalam konteks dakwah kampus, jenjang
studi dan kalender akademik menjadi salah satu faktor yang memengaruhi timeline
dakwah secara umum dan tahapan kaderisasi secara khusus.
Sebagaimana
tahap perekrutan, ia lebih masif dilakukan ketika momentum penerimaan mahasiswa
baru. Meskipun perekrutan tidak selalu harus berkaitan dengan mahasiswa baru.
Namun mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi, maka momentum terbaik dalam
melakukan perekrutan adalah ketika penerimaan mahasiswa baru.
Jumlah
mahasiswa baru yang sangat besar jika dibandingkan dengan jumlah kader dakwah
(dalam banyak kasus), sikap apatis
mahasiswa, persaingan dengan gerakan yang bersebrangan dengan Islam,
keterbatasan gerak dikarenakan faktor teknis dan non teknis, merupakan sebagian
kecil dari sekian banyak alasan kenapa perekrutan mesti dikelola dengan efektif
dan efisien.
Berikut
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen rekruting.
Membentuk tim.
Terdiri dari kader-kader yang telah melalui tahapan pemberdayaan pada alur
kaderisasi. Tim inilah yang akan merumuskan target dan strategi pencapaiannya.
Menentukan
target. Rekruting pada dakwah bersifat ekspansi terbatas. Artinya, tidak semua
mahasiswa baru kita rekrut untuk bergabung di DK. Tetapi ada yang menjadi
prioritas rekruting. Sebagai gambaran, akan lebih mudah merekrut seseorang yang
rajin shalat daripada yang shalatnya masih jarang, yang pernah bergabung di
rohis daripada yang bukan, yang sudah pernah mentoring daripada yang belum.
Beberapa gambaran tersebut merupakan beberapa pertimbangan dalam menentukan
prioritas rekruting. Meskipun bukan sebuah jaminan bahwa mahasiswa yang
cenderung shaleh akan menjadi penggerak dakwah kelak, begitu pula sebaliknya.
Karena hidayah Allah bisa hadir kepada siapa saja. Namun tetap saja bagi
seorang aktivis dakwah, kita perlu prioritas dalam beramal. Karena hal ini akan
mengefektifkan dan mengefisienkan rekruting yang dilakukan. Namun hal tersebut
tidak berarti bahwa mahasiswa yang lain tidak berhak atas dakwah melalui kita.
Mereka tetap berhak mendapatkan sentuhan dakwah kita melalui syiar-syiar kita.
Inilah yang membedakan antara konteks syiar dan kaderisasi. Setelah merumuskan
prioritas, selanjutnya adalah menentukan jumlah target rekruting. Prioritas dan
jumlah target rekruting yang baik adalah yang ideal sekaligus realistis. Ideal artinya
memenuhi kebutuhan kader sehingga dakwah akan terus berlangsung di masa yang
akan datang, atau bahkan memungkinkan untuk memperluas ranah dakwahnya.
Realistis artinya sesuai dengan kondisi kader yang siap merekrut dan membina,
serta tantangan-tantangan dakwah yang dihadapi.
Selanjutnya
adalah menentukan sarana rekruting. Ia dapat bersifat kultural seperti dakwah
fardiyah (personal) maupun yang bersifat struktural seperti event, pelayanan
kampus, praktikum agama Islam dan sebagainya. Penentuan sarana akan mempertimbangkan
hal-hal yang sama dalam menentukan target.
Breakdown
target. Jika kita memiliki beberapa sarana rekruting, maka pecahlah target
besar rekruting yang telah dirumuskan menjadi target-target kecil pada setiap
sarananya. Hal ini akan membuat kita lebih fokus dalam mencapai target pada
setiap sarananya.
Controlling.
Cukup jelas. Karena tahapan ini tidak berlangsung dalam satu-dua hari, maka
perlu ada sistem kontrol yang memastikan prosesnya mencapai target yang
diinginkan. Ia dapat berupa form evaluasi rekruting harian, rapat tim, dan
sebagainya. Selain itu, sistem kontrol juga mesti mengantarkan setiap hasil
rekruting kepada tahapan berikutnya, yaitu pembentukan.
Demikian yang
bisa saya bagi kepada antum/na sekalian. Semoga bermanfaat. Kesuksesan dakwah tidak semata-mata tentang
seberapa baik manajemen
dakwahnya, tapi seberapa dekat
pelakunya kepada Allah SWT.
Wallahu a’lam bishshawwab.
Yogyakarta, 21 Maret 2016
From (Kampung) Dero to Hero
*Tulisan disajikan dalam Forum Manajemen Lembaga Dakwah Kampus Wilayah Utara FSLDK KaltimTara
0 komentar:
Posting Komentar