Jumat, 25 Maret 2016

LIVING SURVIVE

0

“Daya beli masyarakat menurun, ril. Mall gak seramai dulu.” Kira-kira begitulah yang Mas Makhbub sampaikan kepadaku kemarin malam. Ketika kami duduk santai di sebuah warung lesehan menikmati hidangan lalapan diiringi rintik-rintik hujan di sepanjang jalan Malioboro. Warung yang cukup sepi. Atau memang sangat sepi karena hanya kami berdua pengunjungnya. Sesekali beberapa profesi seperti pijat refleksi, lukis wajah, pengamen, preman yang menyamar menjadi pengamen, dan pengemis menghampiri kami. Mengawali dari hal-hal yang sederhana perihal kota Jogja, tiba-tiba saja perbincangan kami menjadi cukup serius ketika topik pembicaraan mulai membahas tentang kondisi tanah kelahiranku khususnya di sektor ekonomi dan pembangunan. Mas Makhbub dulunya seorang trainer tetap di sebuah lembaga manajemen terapan di mana aku pernah bekerja. Namun kini beliau bekerja di bagian HRD di sebuah perusahaan tambang yang cukup besar. Ya, tergolong cukup besar dan tangguh di saat kita menyaksikan beberapa perusahaan-perusahaan yang mengeksploitasi SDA justru perlahan mengurangi pegawai, menutup kantor cabang atau bahkan gulung tikar. Dan bagi Kaltim yang sumber pendapatan daerahnya masih bertumpu kepada SDA, kelesuan di sektor pertambangan pun memberikan pukulan yang telak bagi perekonomian masyarakat. Hal ini dipengaruhi oleh turunnya harga komoditas Internasional dan permintaan global (Kaltim Post 10/07/2015). Alhasil, daya beli masyarakat pun menurun.


Lalu beliau mengajakku mengamati Jakarta. Jakarta tidak memiliki SDA sekaya Kaltim. Tetapi Jakarta dapat berkembang pesat karena sumber pendapatan utamanya berada pada sektor jasa. Begitu pula Yogyakarta dengan sektor pariwisata dan kebudayaannya. Sehingga, jika Kaltim terus mengandalkan SDA-nya upaya mengembangkan sektor lainnya, maka perkembangan Kaltim akan jauh tertinggal dari daerah-daerah lainnya. Maka masa-masa ini merupakan momentum krusial bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan perekonomiannya. Sedangkan bagi kita, ini merupakan pelajaran yang berharga agar seantiasa berpikir kreatif dan inovatif dalam mengambil peran seorang yang profesional. Agar kita senantiasa survive di tengah persaingan kerja sekaligus mengambil peranan strategis dalam membangun perekonomian daerah.

Iya, survive. Persis sebagaimana perusahaan tambang di mana Mas Makhbub berkarya. Di tengah-tengah isu PHK, perusahaan beliau justru membuka perekrutan pegawai yang menyebabkan beliau harus jauh-jauh datang dari Kaltim ke Yogyakarta untuk melakukan interview. “Rata-rata dari lulusan UPN. Ada yang jurusan Biologi, Tambang dan lain-lain.” Kira-kira begitu jawaban beliau ketika aku bertanya perihal siapa saja yang melamar pekerjaan. Saat itu aku teringat dengan seorang ikhwah asal Kaltim yang  kuliah di UPN, tahun-tahun terakhir. Ketika hal itu ku sampaikan kepada Mas Makhbub, beliau mengatakan bahwa yang mereka rekrut kualifikasinya adalah yang berpengalaman. Jawaban itu memunculkan sebuah pertanyaan besar dalam pikiranku. “Jika orang-orang dari luar berbondong-bondong mencari penghidupan Kalimantan dengan kualitasnya, maka yakinkah kita bahwa masih ada ruang-ruang pengkaryaan bagi putra daerah dalam membangun daerahnya, ketika mereka justru bersikap santai?”

Sepanjang perjalanan pulang dari bertemu Mas Makhbub, aku mencoba membayangkan kondisi Kaltim hari ini. Namun ternyata cukup sulit. Lumayan lama tak kembali ke kota Samarinda, ditambah kurang mengikuti perkembangan berita yang terjadi di sana. Apalagi bidang ekonomi bukanlah perihal yang sederhana bagiku. Sepanjang perjalanan aku merenung, hingga tak terasa menyisakan satu lampu lalu lintas pada perempatan dekat Hartono Mall. Pandanganku tak sengaja menangkap objek berupa mobil putih merk Nissan Juke. Awalnya tidak ada yang spesial dari mobil yang tergolong mahal tersebut. Hingga akhirnya dahiku mengerut heran ketika pandanganku tertuju pada plat mobil tersebut yang bertuliskan: KT **** **.

Menang tidak hanya tentang yang terbaik
Tetapi juga yang unik
Maka inovasi dan kreasi adalah kunci
Untuk menjadi pelopor bagi setiap perubahan

Yogyakarta, 24 Maret 2015
Yang masih belajar,

From (Kampung) Dero to Hero

0 komentar:

Posting Komentar

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html