Korupsi dan Masa Depan Bangsa*

1. Apa bedanya korupsi dengan mencuri? Padahal keduanya sama-sama mengambil hak milik orang lain untuk kepentingan pribadi. Namun mengapa mencuri dianggap suatu kejahatan biasa, sedangkan korupsi dianggap suatu kejahatan yang luar biasa?
2.  Ada tiga hal yang menyebabkan korupsi dianggap suatu kejahatan yang luar biasa, yaitu (1)berkaitan jabatan negara, (2)yang dirugikan adalah sektor publik dengan (3)kerugian yang mencapai skala nasional.
3. Kejahatan yang berkaitan dengan jabatan negara dari yang biasa hingga yang luar biasa secara berurutan adalah gratifikasi, suap, kemudian korupsi.
4. Meskipun dianggap suatu kejahatan yang luar biasa, namun korupsi di Indonesia masih dikenakan hukum pidana yang tergolong kejahatan biasa. Maksimal 10 tahun.
5. Indonesia dikenal sebagai negara dengan mayoritas muslim sekaligus dikenal sebagai negara dengan tingkat korupsi yang tinggi di dunia. Sejauh manakah kontribusi jama’ah Islam dalam memberantas korupsi ini?
6. Sepertinya ada yang salah dalam implementasi nilai-nilai agama (Islam) dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Penunaian amanah lebih dipandang dari perspektif teologis daripada perspektif sosiologis. Sehingga sikap tidak amanah melahirkan perasaan berdosa kepada Tuhan, namun tidak menimbulkan rasa bersalah terhadap publik yang dirugikan. Di sinilah kita merasakan betapa dimensi sosial hilang dalam kehidupan beragama.
7. Indonesiaa juga dikenal dengan negara dengan sistem demokrasi yang matang. Namun adakah kontribusi demokrasi dalam memberantas korupsi?
8. Pemilihan legislatif dengan sistem proporsional dengan daftar terbuka memang memberikan peluang korupsi yang besar. Namun hal ini tidak menjamin bahwa korupsi akan dapat ditekan jika mengubah sistem pemilihan yang ada. Karena potensi money politic akan tetap ada meskipun sistem pemilihannya diubah.
9. Ada enam provinsi yang saat ini sedang diawasi secara khusus oleh KPK berkaitan dengan tindakan korupsi: Aceh, Riau, Banten, Sumut, Papua dan Papua Barat.
10. Kita tiba pada sebuah kesimpulan bahwa permasalahan korupsi bukan terletak pada sistem pemilihan, sistem politik, ataupun sistem demokrasi. Karena sistem tersebut sudah hampir final secara prinsip. Namun permasalahan korupsi yang kita hadapi adalah permasalahan mindset.
11. Budaya masyarakat (re: uang rokok, uang transport, memberi hadiah (ini positif, namun jika tidak memperhatikan posisi jabatan atau berlebihan akan berbahaya), dsb) sedikit banyak berperan terhadap maraknya tindak korupsi.
12.  Tindakan korupsi kini hampir terjadi di berbagai aspek kehidupan. Pelakunya pun menyentuh semua lapisan masyarakat. Sehingga objek dari isu anti korupsi tidak hanya pejabat negara, tetapi juga sektor publik.
13.  Lalu, apakah korupsi ini dapat diselesaikan? Jawabannya adalah ya. Ketika perilaku korupsi telah mencapai puncaknya, maka akan dengan sendirinya turun secara perlahan.
14. Tindakan koruspi mulai dikenal pada zaman negara modern, pada tahun 1930-an. Jika tahun ini (artinya, setelah 80 tahun menjangkiti masyarakat) adalah puncak dari perilaku korupsi tersebut, maka tidak lama lagi tindakan korupsi akan menurun. Dan memerlukan waktu yang sama dengan awal kemunculannya hingga memuncak (yaitu 80 tahun) untuk benar-benar lenyap. Artinya perlu waktu satu generasi agar tindakan korupsi benar-benar lenyap. Namun maukah kita menunggu selama itu?
15. Perlu orang-orang yang peduli dengan bangsa dan generasi masa depannya untuk bergerak mempercepat lenyapnya korupsi dari kehidupan Indonesia. Sedangkan di satu sisi, gerakan mahasiswa dan kepemudaan nampaknya belum serius mengelola isu korupsi sebagai isu bersama. Maka inilah PR kita. Wallahu a’lam.

*Kuliah Umum Perdana Madrasah Anti Korupsi PPWM DIY

Narasumber: Ray Rangkuti (Lingkar Madani) dan Virgo Sulianto Gohardi (Wakil Direktur MAK)

Sabtu, 30 Juli 2016

DPD RI Provinsi DIY