Semangat dan sumpah setia pemuda
Indonesia 90 tahun yang lalu akhirnya membuahkan hasil setelah berselang 17 tahun lamanya. Atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa, pada 17 Agustus 1945 yang
bertepatan dengan 9 Ramadhan 1364 H, bertempat di rumah seorang keturunan Arab,
Ir. Soekarno didampingi Drs. Moh. Hatta mengikrarkan kemerdekaan Indonesia. Sejak
saat itulah, entitas bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai etnis secara
nyata telah melepaskan diri dari penjajahan dan membentuk Negara Indonesia. Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan
Indonesia pun telah sampailah kepada
saat yang berbahagia.
Namun kemerdekaan yang baru saja
diikrarkan harus menghadapi ujian. Pihak Belanda tidak mengakui kedaulatan
Negara Indonesia. Mereka melakukan berbagai upaya untuk kembali menduduki
Indonesia, mulai dari diplomasi hingga agresi militer. Di satu sisi, kondisi dalam
negeri juga mengalami pergolakan pasca kemerdekaan. Perbedaan jalan perjuangan,
kebencian terhadap struktur sosial hasil peninggalan penjajahan yang teramat
sangat, serta keterbatasan komunikasi yang disebabkan oleh kondisi geografis merupakan
sebagian penyebab dari pergolakan yang terjadi. Namun sekali lagi, kemerdekaan
itu berhasil dipertahankan, meski dengan pengorbanan yang tak kalah besar jika
dibandingkan dengan perjuangan meraih kemerdekaan.
Kini, 73 tahun kemerdekaan telah
bergulir. Dan tak terhitung betapa banyak pengorbanan yang telah dilakukan
rakyat Indonesia agar NKRI tetap utuh hingga detik ini. Dari sekian banyak pengorbanan
ada yang tercatat dalam sejarah, dijadikan hari nasional, dibuatkan monumen
untuk mengenang, dan pelakunya dijadikan pahlawan nasional. Meski tak sedikit
pula jejak pengorbanan yang tenggelam seiring bergulirnya peristiwa demi
peristiwa. Di masa yang akan datang, berbagai peristiwa akan terus datang silih
bersilang. Peristiwa yang menguji daya tahan dan daya daulat Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Peristiwa yang menuntut pengorbanan dari rakyat yang berada
di dalamnya.
Setelah kemerdekaan itu ada
pengorbanan. Karena begitulah tabiat sebuah ikrar. Ia akan terus diuji agar terbukti
bahwa kemerdekaan yang diproklamirkan 73 tahun yang lalu bukan sekedar
main-main. Agar nampak jelas siapa yang benar-benar memperjuangkannya dan siapa
yang sekedar mencari aman dan keuntungan semata. Dan tidak ada perjuangan tanpa
adanya pengorbanan. Maka jangan bersedih dengan datangnya ujian yang silih
bersilang terhadap negeri ini. Ia akan menjadi bukti kedaulatan negara dan
kedewasaan rakyatnya di kancah internasional.
Setelah kemerdekaan itu ada
pengorbanan. Karena mempertahankan kemerdekaan lebih berat daripada
mempertahankannya. Dan tidak akan tegak suatu janji setia tanpa adanya tadhiyyah (pengorbanan) terhadapnya.
Oleh karena itu, terkhusus untukmu wahai pemuda, sesungguhnya Sumpah Pemuda 90
tahun yang lalu dan proklamasi kemerdekaan 73 tahun yang lalu menuntut adanya
pengorbanan. Cita-cita besar bangsa ini akan diraih manakala (di antaranya) adanya
kesiapan untuk berkorban dan beramal dalam mewujudkannya. Dan sikap rela
berkorban itu ada pada diri pemuda.
Setelah kemerdekaan itu ada
pengorbanan. Kemerdekaan itu adalah nikmat yang berlimpah (Al Kautsar). Maka wujudkanlah syukur dalam bentuk ibadah kepada
Allah, lalu mengisi kemerdekaan tersebut dengan pengorbanan demi pengorbanan. Sungguh,
bukan nama yang terukir dalam sejarah, gelar pahlawan ataupun monumen penghormatan
yang akan sampai kepada Allah. Melainkan keikhlasan dalam setiap detik-detik
pengorbanan. Dan setiap pengorbanan tidak akan pernah sia-sia, ia akan diganti
dengan pahala yang berlipat ganda.
Ya, setelah kemerdekaan itu ada
pengorbanan. Seperti malam ini, empat hari berselang setelah kita memperingati
kemerdekaan Republik Indonesia ke-73, kini kita memasuki 10 Dzulhijjah, Idul
Qurban. Sebagaimana momentum kemerdekaan dan Idul Qurban yang mengilhami
tulisan ini, semoga tulisan ini mampu menjadi insprasi bagi pembaca yang
budiman.
Wallahu a’lam.
Samarinda, 21 Agustus 2018 M
10 Dzulhijjah 1439 H
0 komentar:
Posting Komentar