Senin, 24 April 2017

Don't Judge People By Its Uno

0

Setelah meladeni diskusi yang cukup panjang tentang politik Indonesia dan menutupnya dengan makan malam, tiba-tiba saja aku teringat akan kekalahanku ketika bermain Uno balok tadi siang. Aturan permainan Uno cek di http://rumahinspirasi.com/permainan-keluarga-uno-stacko/

Uno Stacko. Photo by: Ani Agus Riani

Tiba giliranku untuk mengambil satu balok di antara tumpukan tersebut dan memindahkannya ke atas. Ketika itu, tumpukan balok Uno mulai meninggi sedang bagian bawahnya mulai berongga akibat balok-balok penyusunnya telah di pindah ke paling atas oleh pemain-pemain sebelumnya. Proses mengambil berlangsung sukses. Berikutnya, meletakkan balok yang telah diambil tadi pada tumpukan yang teratas bersama balok-balok lainnya. Hal ini seharusnya menjadi tantangan yang sederhana, cukup meletakkan sekedarnya saja. Tapi ketika melihat hasil susunannya yang tak rapi, aku pun berusaha merapikannya dengan menggeser-geser balok pada tumpukan teratas tersebut. Dan tiba-tiba saja bangunan Uno itu ambruk. Meskipun rongga-rongga yang membuat tumpukan Uno itu rapuh disebabkan oleh pemain-pemain sebelumnya, hukuman menyusun kembali tumpukan Uno tersebut hanya diberikan kepadaku karena di saat gilirankulah tumpukan tersebut roboh. Apa boleh buat, begitulah peraturannya.


Blunder adalah ketika kita meninggikan bangunan, namun di saat yang sama kita secara tidak sadar atau bahkan sadar membuat bagian bawahnya rapuh. Padahal bagian bawah bangunan itulah pondasi yang mampu menopang bangunan tersebut berdiri tegak. Sehingga, meski nampak tinggi menjulang, bangunan itu juga rentan roboh. Ketika terus dibiarkan, bangunan itu mulai menentukan waktu dan kambing hitam atas momentum keruntuhannya.


Begitu pula bangunan negara ini. Ketinggiannya dinilai dari kemajuan teknologi, ekonomi, sosial, pertahanan dan keamanan dan sebagainya. Sedangkan pondasinya adalah nilai-nilai spiritual, kemanusiaan, persatuan, musyawarah dan keadilan yang terangkum dalam Pancasila. Ketika kemajuan iptek justru mengikis keimanan, maka saat itulah teknologi menjadi senjata untuk berperang. Ketika kekuatan politik menafikan permusyawaratan, maka saat itulah kesewenang-wenangan terjadi. Ketika pertumbuhan ekonomi tidak dibarengi pemerataan secara berkeadilan, maka saat itulah kesenjangan sosial dan kriminalitas kian menyebar. Dan begitu seterusnya. Ketika semangat memajukan negara tidak dibarengi dengan menjaga nilai-nilai Pancasila, maka negara kita akan menjadi negara yang rapuh. Negara yang rentan roboh justru disebabkan oleh kemajuan yang diperoleh. Dan ketika hal tersebut terus dibiarkan, ia hanya akan menunggu waktu untuk mengalami kehancuran. Dan patut disadari, kehancuran negara tidak semata-mata disebabkan oleh seorang presiden yang memimpin di masa itu. Karena bisa jadi kehancuran itu adalah kontribusi dari seluruh rakyatnya yang mengabaikan nilai-nilai dasar negaranya.


Mari belajar dari sejarah Islam, yang kejayaannya di pelopori oleh pembangunan aqidah secara berkesinambungan sejak Adam AS hingga Muhammad SAW. Namun kemudian mengalami kemunduran akibat perang saudara, cinta dunia, serta lunturnya keimanan.


Oleh karena itu, sejak saat ini, mari tentukan posisi kita. Apakah kita termasuk yang membangun atau justru menghancurkan negeri ini? Jika kita memang ingin membangun negeri ini, inilah saat yang tepat untuk mewarisi kembali nilai-nilai Pancasila dan mengaktualisasikannya dalam kehidupan sehari-hari.



Wallahu a'lam,

Yogyakarta, 27 Rajab 1438 H

23 April 2017 M

From (Kampung) Dero To Hero

0 komentar:

Posting Komentar

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html