Selasa, 01 Desember 2015

Rasulullah sebagai Muslim Negarawan* (part 1)

0


Aktualisasi Nilai-Nilai Nasionalisme Rasulullah dalam Konteks Keindonesiaan 


Islam dan nasionalisme merupakan dua kekuatan besar yang berperan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Nasionalisme yang muncul pada abad ke-18 menginspirasi bangsa Indonesia melakukan gerakan perlawanan terhadap kekuatan kolonial. Para perjuang kemerdekaan Indonesia seperti Soekarno, Muhammad Hatta, Wahid Hasyim, dan lain-lain mengambil paham ini sebagai motivasi perjuangan. Di satu sisi, gerakan Islam pun memiliki peran yang signifikan dalam upaya pembebasan bangsa Indonesia dari imperialisme Eropa. Peranan ini dilakukan oleh para kyai dan ulama pada awal tahun 1900-an melalui pencerdasan anak bangsa. Syarifudin Jurdi (2008:153) menjelaskan bahwa kebangkitan perlawanan terhadap kekuasaan pemerintah kolonial Belanda diawali oleh Sarekat Dagang Islam pada 16 Oktober 1905.


Namun, Islam dan nasionalisme pernah menjadi hal yang paling serius diperdebatkan pada masa penetapan dasar negara menjelang Indonesia merdeka. Sebagaimana yang digambarkan oleh dr. Ali Masykur Musa (2011: 137), kelompok Islam beranggapan bahwa sudah selayaknya Islam diberi tempat lebih besar dalam struktur ketatanegaraan baru, karena Indonesia ditegakkan dan dihuni oleh mayoritas penduduk yang beragama Islam. Sedangkan kelompok nasionalis beralasan bahwa negara yang penduduknya tidak seratus persen muslim, hubungan legal-formal antara Islam dan negara bukan sebuah keharusan. Karena hal itu rentan melahirkan diskriminasi, khususnya bagi non muslim. Meskipun perdebatan itu berakhir dengan disepakatinya Pancasila sebagai dasar negara, tetapi ketegangan tersebut masih menyisakan dikotomi antara Islam dan nasionalisme di masyarakat.

Dikotomi ini jika dibiarkan terus menerus akan berdampak negatif terhadap keutuhan bangunan kebangsaan. Apalagi ketika melihat gagasan nasionalisme yang memudar dalam realitas kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini. Hal ini ditunjukkan dengan bermunculannya berbagai konflik antar etnis, agama dan golongan yang mengarah kepada disintegrasi sosial. Kekuatan nasional pun terpecah menjadi kekuatan-kekuatan kecil yang dilandasi oleh semangat ‘ashabiyah. Oleh karena itu, umat Islam sebagai mayoritas penduduk Indonesia harus menjadi pemersatu komponen bangsa untuk menjaga keutuhan Indonesia, bukan sebaiknya. Sehingga perlu sebuah gagasan yang mampu menghapus dikotomi antara Islam dan nasionalisme.

Sebuah gagasan yang penulis anggap mampu menjadi solusi atas dikotomi antara Islam dan nasionalisme adalah muslim negarawan. Muslim negarawan merupakan gagasan yang muncul dari upaya menarik benang merah perselisihan antara Islam dan nasionalisme. Gagasan ini berawal dari sosok Rasulullah SAW yang merupakan seorang nabi sekaligus pemimpin negara. Beliau merupakan sosok yang paling sukses menjadi pemimpin negara dan pemuka agama dalam sejarah kepemimpinan dunia. Kepiawaiannya dalam mengelola negara telah membawa Madinah mampu berdiri tegak di antara dua kekuatan besar saat itu, yaitu Romawi dan Persia. Sehingga Rasulullah SAW adalah sosok ideal sebagai seorang muslim negarawan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mengkaji nilai-nilai nasionalisme Rasulullah SAW, lalu mengaktualisasikannya dalam konteks keindonesiaan sehingga terbentuk sosok muslim negara yang merupakan jawaban dari dikotomi antara Islam dan nasionalisme.

*makalah terbaik pertama pada MMQ tingkat provinsi Kaltim 2015

0 komentar:

Posting Komentar

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html