Sabtu, 06 Februari 2016

Bukan Berita Sampah

0



Selamat Hari Pers Nasional...

                Hampir 70 tahun pers Indonesia membersamai rakyat dalam mengawal proses demokrasi dan pembangunan nasional. Selama itu pula, pers memiliki peranan yang cukup besar dalam peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di Bumi khatulistiwa. Dari perjuangan kemerdekaan Indonesia hingga runtuhnya penguasa tiran yang mencoba mematikan kebebasan berpendapat. Geliat pers semakin besar pasca terjadi reformasi pada tahun 1998 yang ditandai dengan banyaknya media massa baru yang bermunculan bak cendawan di musim hujan. Momentum kebebasan pers ini mengantarkan Indonesia ke era keterbukaan informasi dan komunikasi. Setiap orang dapat mengemukakan pendapatnya, mengaji gagasan orang lain, bahkan mengubah persepsi dan perilaku masyarakat sesuai dengan kepentingannya melalui media pers. Sehingga wajar jika media kemudian dinobatkan sebagai kekuatan demokrasi keempat selain trias politica.

                Namun menjamurnya pers, baik dalam bentuk cetak, elektronik maupun social media, belum diimbangi dengan regulasi dan kesadaran penggiat pers dalam menjamin kualitas dari setiap informasi yang disebar ke masyarakat luas. Sehingga peranan pers pun mengalami pergeseran seiring dengan kebebasan dan keterbukaan informasi yang tidak dapat dikendalikan. Peran pers yang meliputi dimensi pendidikan, hiburan, kontrol sosial, corong aspirasi rakyat, media sosialisasi kebijakan pemerintah, check and balance terhadap trias politica, dan bisnis kini menjadi media hiburan dan bisnis semata. Bahkan lebih miris, menjadi alat pencitraan dan demarketisasi yang tidak objektif bagi kepentingan suatu golongan atau individu dengan cara membolak-balikkan kebenaran suatu fakta. Sehingga masyarakat bukannya tercerahkan terhadap suatu kebenaran, terdidik, apalagi termediasi melalui pers, melainkan justru semakin terombang-ambing, terlena, dan terstigma oleh berita yang tidak lebih dari sekedar (mohon maaf) sampah.

Bagaimana tidak? Kita, keluarga kita, dan generasi muda hari ini lebih sering disuguhi dengan berita korupsi, kriminalitas, kemiskinan, kisruh politik, gaya hidup artis yang hedonis dan hal-hal kontraproduktif lainnya ketimbang berita tentang informasi yang mendidik, prestasi, siraman rohani, motivasi dan hal-hal yang dapat membangkitkan semangat hidup masyarakat. Sehingga yang tergambarkan dalam benak masyarakat bahwa Indonesia seolah-olah penuh masalah yang tak kunjung reda, di mana pemimpin yang shaleh dicitrakan bejat, penguasa zhalim bak malaikat,  tanpa ada satu kebaikan pun di Indonesia. Hal ini berdampak kepada munculnya sikap pesimis dan apatis masyarakat terhadap segala upaya perbaikan, dan justru jauh tenggelam dengan kesenangan duniawi sebagaimana yang dipertontonkan oleh publik figur.  

Sekali lagi saya ucapkan selamat Hari Pers Nasional, inilah saat yang tepat untuk mengembalikan khittah pers sebagaimana mestinya. Bahwa pers adalah alat perjuangan rakyat dalam melawan kezhaliman dan melakukan perbaikan. Meski saya menginsyafi bahwa masih ada media-media yang lantang menyuarakan kebenaran, berpihak kepada rakyat, mendidik rakyat, dan menjadi corong aspirasi bagi rakyat. Namun ketika media-media mainstream tetap setia dengan pola berpikir pragmatis, maka selamanya opini masyarakat akan selalu digiring untuk kepentingan kelompok maupun individu yang bermodal. Oleh karena itu, inilah saat yang tepat untuk mengevaluasi dan memperbaiki regulasi dalam kebebasan pers baik yang tercantum dalam kode etik maupun undang-undang. Sehingga di masa yang akan datang masyarakat kembali disajikan berita-berita yang berbobot, bermanfaat, dan mendidik, dan yang pasti, bukan berita sampah.

Tulisan ini sejatinya hadir tidak hanya untuk berpesan kepada subjek dalam dunia pers, tetapi juga bagi para konsumen berita. Bahwa kita tiba pada masa dimana kita harus bijak dalam memilih dan memilah berita. Karena sebagaimana makanan yang buruk, maka informasi yang keliru pun akan terakumulasi menjadi stigma negatif yang jauh lebih berbahaya daripada sekedar tubuh yang jatuh sakit. Karena dampaknya tidak hanya dirasakan oleh individu, namun dapat menjangkiti orang lain. Sehingga senantiasa membaca ‘berita’ dibalik berita merupakan hal yang penting bagi masyarakat. Jadilah pemirsa yang kritis, yang tidak mudah terprovokasi oleh judul berita sehingga begitu latah men-forward berita yang belum jelas sumber dan kebenarannya. Karena dengan sikap yang selektif dan kritis, kita telah berperan besar dalam mengantisipasi berita-berita dari yang tak bermutu hingga yang dapat memicu perpecahan di antara kita.

Dan sekali lagi, selamat Hari Pers Nasional. Sejarah telah membuktikan, bahwa goresan pena mampu mengubah nasib suatu negara bahkan dunia. Maka melalui momentum ini, dengan segala perkembangan teknologi dan informasi, mari kita bangun narasi terbaik bagi bangsa kita, lalu sebarkan nilai-nilai kebaikan tersebut melalui media. Jadilah pelaku pers yang menyuarakan kebenaran, keadilan dan kebaikan.

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.
(QS. Al Hujurat [49]: 6)

Wallahu a’lam bishshawwab.

Yogyakarta, 6 Februari 2016
From (Kampung) Dero to Hero


0 komentar:

Posting Komentar

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html