Refleksi Perkuliahan
Keenam
Rabu, 21 Oktober 2015
Dosen: Prof. Dr. Marsigit, MA
Dosen: Prof. Dr. Marsigit, MA
Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan hanya
dengan mengatakan, "Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji? Dan
sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti
mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.
(QS. Al Ankabut: 2-3)
Sebaik-baik
kehidupan adalah kehidupan yang dinamis. Ibarat sebuah jalan, maka terkadang
kehidupan itu sangat terjal mendaki, berkelok-kelok, penuh lubang,
bercabang-cabang, meski tak jarang pula lurus mendatar. Dinamisnya kehidupan
membuat manusia yang berjalan di atasnya menjadi senantiasa sadar dan waspada
terhadap segala kemungkin yang terjadi. Sehingga menjadi sunnatullah bahwa
setiap detak-detik kehidupan manusia selalu terdapat ujian dan cobaan, baik ia
berupa kesulitan maupun kemudahan. Melalui ujian dan cobaan tersebut, manusia
senantiasa berhati-hati dalam menjalani hidup agar selalu berada pada koridor
yang Tuhan tetapkan. Melalui ujian dan cobaan tersebut, manusia dilatih untuk
terus meningkatkan kualitas dan derajat kehidupannya di sisi Tuhan. Sehingga
hakikat ujian dan cobaan adalah sebuah sarana untuk menggapai ketinggian
derajat iman dan kemuliaan di sisi Tuhan.
Oleh karena
itu, manusia mesti menyadari bahwa permasalahan hidup merupakan bagian dari
ujian dan cobaan yang diberikan oleh Tuhan. Sehingga sebaik-baik sikap manusia
terhadap permasalahan adalah menghadapinya, bukan menghindarinya. Karena
sesungguhnya Tuhan tidak semata-mata memberikan ujian dan cobaan, melainkan
juga telah menitipkan potensi yang besar kepada manusia untuk dapat
mengelolanya. Potensi itu adalah intuisi dan kompetensi. Intuisi merupakan
kemampuan manusia dalam membangun pengetahuan tanpa penalaran maupun
intelektualitas. Sedangkan kompetensi merupakan pengetahuan yang telah
dipelajari dan dilatih secara intensif dan ekstensif sehingga manusia menjadi
sosok yang profesional dalam menjalankan perannya di dunia. Kompetensi manusia
terdiri dari akal, jasad, dan ruh. Pendapat yang lain mengtakan bahwa
kompetensi manusia dapat pula dibedakan menjadi kognitif, afektif dan
psikomotorik. Dengan kedua kompetensi tersebut, manusia dapat berikhtiar dalam menyelesaikan
permasalahannya dan menentukan jalan kehidupannya.
Hadapilah
permasalahan dan kelola ia dengan potensi yang telah Tuhan titipkan sehingga
setiap permasalahan yang dihadapi menjadi bagian pembelajaran dan peningkatan
kompetensi diri. Sehingga tanpa disadari, permasalahan-permasalahan yang satu
persatu dihadapi dan diselesaikan telah mengantarkan manusia kepada kebijakan
dan ketinggian derajat di sisi Tuhan. Hadapilah permasalahan dan janganlah
menghindarinya. Karena menghindari masalah hanya membawa manusia kepada permasalahan
yang lainnya, tanpa pernah membuat manusia beranjak dari derajat sebelumnya.
Hadapilah permasalahan, dan jangan pernah khawatir untuk gagal. Kegagalan
adalah sebuah proses belajar, bahwa kita belum memahami permasalahan itu dengan
baik. Kegagalan akan menjadi sumber keinsyafan bahwa benar dan salah bergantung
kepada ruang dan waktu. Sehingga akan senantiasa muncul upaya untuk terus
berpikir secara intensif dan ekstensif terhadap ruang dan waktu. Hadapilah
permasalahan dan jangan pernah pesimis akan kemampuan yang dimiliki. Karena
Tuhan yang menciptakan manusia, maka Tuhan yang lebih paham kualitas dan
kapasitas hamba-Nya. Maka yakinlah, tidak ada beban yang melampaui batas
kemampuan pengembannya.
“Allah tidak
membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya...”
(QS. Al Baqarah: 286)
Jogjakarata, Sehari setelah
Sumpah Pemuda 2015
From (Kampung) Dero to Hero
0 komentar:
Posting Komentar