Refleksi Perkuliahan
Ketujuh
Rabu, 28 Oktober 2015
Dosen: Prof. Dr. Marsigit, MA
Dosen: Prof. Dr. Marsigit, MA
Suatu ketika
Rasulullah SAW bersama beberapa sahabat (termasuk di dalamnya Abdullah bin Amr
al Ash) sedang berada dalam majelis di salah satu sudut Masjid Nabawi.
Tiba-tiba Rasulullah SAW bersabda, “Akan datang seorang lelaki penghuni surga.”
Tak lama kemudian melintaslah seorang pemuda Anshar yang berpenampilan
sederhana, nampak pada wajahnya bekas wudhu, sedang menenteng sandal jepitnya.
Pada kesempatan lainnya, Rasulullah SAW kembali bersabda, “Akan datang seorang
lelaki penghuni surga.” Dan pemuda Anshar yang sama pun kemudian melintas di
hadapan para sahabat. Begitulah Nabi mengulanginya hingga tiga kali. Akhirnya
Abdullah bin Amr al Ash pun mengikuti pemuda tersebut hingga tiba di
pondokannya. Kemudian Abdullah bin Amr al Ash meminta ijin agar ia diperkenankan
untuk tinggal selama tiga hari di sana. Selama menginap Abdullah bin Amr al Ash
mengamati amalan yang kira-kira yang menyebabkan Rasulullah mengatakan bahwa
pemuda tersebut adalah penghuni surga. Namun selama itu Abdullah bin Amr al Ash
tidak menemukan amalan yang istimewa pada pemuda tersebut. Abdullah pun
berkata, “Sesungguhnya Rasulullah SAW telah berkata tentang dirimu sampai tiga
kali, ‘Akan datang seorang lelaki penghuni surga.’ Aku ingin memperhatikan
amalanmu supaya aku dapat menirunya. Mudah-mudahan dengan amal yang sama aku
dapat mencapai mencapai kedudukanmu.” Pemuda itu pun menjawab, “Yang aku
amalkan tidak lebih daripada apa yang engkau saksikan. Hanya saja aku
senantiasa berusaha untuk tidak menyakiti orang lain, berusaha untuk tidak marah
dan senantiasa memaafkan, dan berusaha untuk menjaga tali silaturrahim.”. Kisah
ini diriwayatkan oleh Ahmad dan an Nasa’i.
Maha Suci
Allah yang telah menciptakan dunia dengan kefanaannya, serta akhirat dengan
segala kekekalannya. Dunia yang begitu terbatas dengan ruang dan waktu ternyata
tidak menjadikan manusia terhalang untuk dapat hidup merentang dan menembus
ruang dan waktu. Sebagaimana hadits ini yang telah hadir di antara kita meski
pertama kali muncul ratusan tahun yang lalu di Madinah. Begitupula dengan
kandungan hadits di dalamnya. Hadits ini menjelaskan bahwa seorang manusia
dapat menembus ruang dan waktu melalui tiga amalan. Bahkan dengan tiga amalan
tersebut dapat membawa manusia kepada predikat penghuni surga.
Amalan pertama
adalah berusaha tidak menyakiti orang lain, baik kepada bapak, ibu, istri,
anak-anak, kerabat, tetangga, orang-orang sekitar, hewan, tanaman, batu dan
makhluk Tuhan lainnya. Inilah sebaik-baik etika dalam hidup yang menembus ruang
dan waktu, yakni senantiasa bersikap sopan dan santun terhadap ruang dan waktu
tersebut. Dengan bersikap sopan dan santun terhadap ruang dan waktu, setiap
amalan dan pemikiran manusia pun akan senantiasa bermanfaat dan bernilai
ibadah. Untuk dapat bersikap sopan dan santun terhadap ruang dan waktu, maka
manusia perlu memahami hakikat ruang dan waktu tersebut. Oleh karena itu
senantiasa berpikir secara intensif dan ekstensif dalam menjelaskan dan
memahami sesuatu adalah upaya untuk menembus ruang dan waktu.
Amalan kedua
adalah berusaha untuk tidak marah dan senatiasa memaafkan. Perkara ini memang
bukanlah perkara yang mudah. Hal ini memerlukan keikhlasan hati agar senantiasa
bijak dalam menghadapi suatu permasalahan. Karena pikiran dan hati yang
diselimuti oleh stigma akan membuat manusia menjadi salah arah dan terperangkap
dalam jebakan-jebakan ruang dan waktu. Sehingga manusia menjadi mudah sombong,
merasa memiliki, dengki dan iri hati. Mungkin mudah bagi manusia untuk berdiri
di malah hari, ruku’ dan sujud di hadapan Allah SWT, namun sulit bagi manusia untuk menghilangkan rasa marah
kepada sesama manusia. Oleh karena itu, hidup harus senantiasa dijalani dengan
hati yang ikhlas serta pikiran yang terbebas dari stigma.
Amalan ketiga
adalah senantiasa bersilaturrahim. Dengan silaturrahim, manusia saling
berinteraksi, saling menerjemahkan dan diterjemahkan, dan saling bersintesis.
Sehingga satu sama lain semakin bijak dalam menjalani hidup. Sebagaimana sabda
Rasulullah SAW bahwa silaturrahim dapat memperpanjang umur dan menambah rejeki.
Sehingga dengan bersilaturrahim, setiap amal dan pemikiran manusia pun menembus
ruang dan waktu. Kebermanfaatan manusia pun tidak hanya untuk di sini dan saat
ini melainkan berdampak kepada siapapun, kapanpun dan dimanapun.
Demikianlah
ketiga amalan yang dengannya manusia dapat menggapai menembus ruang dan waktu.
Yakni dengan senantiasa bersopan santun terhadap ruang dan waktu, berpikir
kritis dan berhati ikhlas, serta senantiasa bersilaturrahim untuk saling
menerjemahkan dan diterjemahkan. Wallahu a’lam bishshawwab.
Jogjakarta, 29 Oktober 2015
From (Kampung) Dero to Hero
0 komentar:
Posting Komentar