Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu
Selasa-Rabu, 29-30 Desember 2015
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Marsigit,
MA
”Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama
yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang
demikian itulah agama yang lurus.”
(QS. 98: 5)
Spiritual merupakan struktur tertinggi dari
pikiran manusia. Ia merupakan wujud dari doa dan orientasi manusia kepada Tuhan
yang Maha Esa. Sehingga aspek spiritual tidak hanya tentang selamat di dunia,
tetapi juga bagaimana dapat kembali ke akhirat pun dengan selamat. Oleh karena
itu, spiritual menjadi grade yang
paling utama, yang paling tinggi, dan seharusnya paling dicari oleh manusia. Namun
tidak dapat dipungkiri, bahwa hari ini yang terjadi justru sebaliknya.
Kebanyakan manusia berlomba-lomba mengejar materi dan hal duniawi lainnya
seraya melupakan akhiratnya. Padahal, kehidupan dunia manusia hanyalah sebentar, sedangkan kehidupan
akhirat adalah kampung yang kekal bagi manusia. Oleh karena itu, sebaik-baik
manusia adalah ia yang menyiapkan bekal akhiratnya di dunia dengan berupaya
menggapai spiritualitas kehidupan. Untuk meraih tingkatan tersebut, maka salah
satu komponen yang mesti dimiliki oleh manusia adalah keikhlasan.
Ikhlas merupakan wujud kemurnian dalam pikir dan
tindakan yang terbebas dari hal-hal duniawi, prasangka dan stigma, melainkan
hanya semata karena Tuhan yang Maha Esa. Ikhlas itu sendiri terdiri dari ikhlas
dalam hati, pikiran dan tindakan. Ikhlas
hati adalah keadaan dimana hati yang senantiasa mengingat Tuhan menjadi tuntunan
dalam berpikir dan bertindak. Sehingga dalam setiap pikiran dan tindakan
manusia pun senantiasa dalam bimbingan Tuhan. Maka zikir dan doa merupakan
sarana agar hati senantiasa bertautan dengan nilai-nilai spiritual. Zikir dan
doa yang ikhlas merupakan zikir dan doa yang penuh dengan kerendahan dan
pengharapan di hadapan Tuhan serta jauh dari sifat keakuan. Sehingga ketika
berzikir dan berdoa, sikap kritis dan egois atas zikir dan doa harus
ditinggalkan terlebih dahulu. Ketika
manusia telah ikhlas dalam hati, maka ia akan menjadi manusia yang merdeka.
Terbebas dari belenggu rasa takut dan khawatir atas makhluk Tuhan, karena
sandaran hidupnya hanyalah Tuhan. Dari ikhlas hati, setiap pikiran dan tindakan
pun menjadi lebih produktif dan bernilai ibadah.
Ikhlas dalam pikir adalah keadaan dimana pikiran
manusia terbebas dari stigma, mitos dan prasangka buruk yang dapat mempengaruhi
kualitas analitis dan sintesis. Untuk meraih keikhlasan dalam pikir, maka
pikiran manusia harus senantiasa dinamis dan kritis. Dinamis berarti senantiasa
berpikir secara berubah-ubah sesuai ruang dan waktunya . Sedangkan kritis
berarti memikirkan segala yang ada dan yang mungkin ada dengan hati sebagai
tuntunannya. Keikhlasan dalam pikir akan melahirkan refleksi sebagai tingkatan
berpikir paling tinggi. Dari refleksi itulah pengetahuan yang bermakna
diperoleh manusia.
Ikhlas dalam tindakan adalah tindakan yang bebas
dari tendensi makhluk, melainkan semata-mata karena Tuhan yang Maha Kuasa. Aktivitas
yang berorientasi kepada akhirat akan melahirkan pekerjaan yang profesional,
memiliki nilai juang, kebermanfaatan sekaligus terbebas dari rasa pamrih. Amal
yang profesional adalah kinerja yang berkualitas, dikerjakan sesuai dengan
profesinya, dan penuh perencanaan. Sehingga setiap perbuatan tidak lain adalah
amal kebaikan yang bernilai ibadah di sisi Tuhan sekaligus memberikan manfaat
bagi kehidupan manusia.
Namun menggapai ikhlas tidaklah semudah yang
dibayangkan. Akan selalu ada halangan dan rintangan yang akan dihadapi. Godaan
setan yang menghembuskan egoisme, materialisme, stigma dan mitos merupakan
ancaman terbesar bagi manusia dalam menggapai ikhlas. Karenanya manusia harus
memahami musuh abadinya tersebut seraya berdoa memohon perlindungan kepada
Tuhan yang Maha Esa.
0 komentar:
Posting Komentar