Tidak dapat
dibohongi, bahwa saya mengawali tanggungjawab ini dengan kekhawatiran. Ketika itu
baru tiga orang yang menyatakan diri untuk bergabung dalam bidang Pengabdian Masyarakat.
Hingga seiring berjalannya waktu kekhawatiran itu akhirnya pudar ketika satu
persatu dari kalian mulai memutuskan untuk berlabuh di bidang ini, bahkan
melebihi harapan. Hingga terbersit sebuah tanya ketika mendapati begitu banyak
yang memilih bidang ini, apa yang ingin kita dapatkan dari ini?
Lalu hampir
sepekan kita bepergian, meluangkan waktu, tenaga, pikiran bahkan kocek kita di
tengah-tengah pengeluaran yang begitu besar di awal semester genap. Yang bertahan
di Yogyakarta berusaha untuk terus membersamai. Sedang yang di kampung halaman
senantiasa memberi motivasi dan janji akan oleh-oleh di kemudian hari
(hehe...). Rencana yang disusun rasanya berjalan begitu lancar. Semua saling
melengkapi satu sama lain. Meskipun kita perlu menyadari bahwa ini baru awal
dari sebuah perencanaan. Namun semangat dan motivasi kalian juga tidak bisa
disepelekan. Hingga pertanyaan pun kembali muncul di tengah-tengah rasa senang
bercampur bingung yang tak tergambarkan, apa yang kita harapkan?
Kita pun menjamu
gerakan Seribu Guru Jogja, berburu informasi ke Dinas Sosial DIY, berdiskusi
dengan kawan-kawan YCAC, berkunjung (sekaligus rekreasi) ke Ponpes Nurul
Hidayah Purworejo, mencari inspirasi dari YAKETUNIS, berbagi ide dengan ACT,
hingga sowan ke LPPM UNY. Lalu, apa yang kita dapatkan? Adakah sebuah informasi,
referensi, ide, gagasan, mitra atau pun kerjasama? Atau malah sekedar lelah? Mungkin
iya, mungkin juga tidak. Namun yang penting bagi saya bahwa inilah cara kita
membangun orientasi dan motivasi yang kuat untuk terus komitmen dalam gerakan
pengabdian. Sehingga tiap detak-detik waktu yang kita luangkan bersilaturrahim
adalah lapis-lapis inspirasi dan motivasi dari orang-orang yang menghibahkan
dirinya untuk agama dan negara. Sehingga tiap letak-letik daerah yang
dikunjungi mampu mengasah empati dan
rasa kepedulian terhadap sesama. Sehingga kelak sebuah tanya “apa yang kita
dapatkan?” tak usahlah terlontarkan di hati dan pikiran. Berganti sebuah tanya “apa
yang bisa kita lakukan/berikan?” melalui bidang ini.
Maka hingga hari
ini, kita ditampakkan bahwa betapa besar tanggungjawab kita di Pengabdian Masyarakat
melalui orang-orang yang hebat. Bahwa bisa jadi kerja-kerja kita akan senyap, minim
apresiasi, jauh dari ekspose media, apalagi tepuk tangan dari bangku penonton.
Namun inilah jalan pengabdian, jalan yang sedang kita retas bersama. Yang
sejatinya tidak akan selamanya mulus, apalagi ketika kita memahami hakikat
jalan kebaikan yang selalu penuh rintangan dan ujian. Oleh karena itu, mari
kita bangun sebuah motivasi dan orientasi yang mendasar. Bahwa keikhlasan dan
tingginya harapan semata-mata kita sandarkan kepada Allah SWT. Bahwa tugas kita
adalah bekerja dengan sebaik-baik amal, dan cukuplah Allah, Rasul-Nya dan
orang-orang yang beriman menjadi saksi atas kita. Sehingga setiap hela napas bernilai
ibadah, tenaga yang terkuras menjadi pemberat amal kebaikan, waktu-waktu utama
yang kita optimalkan menjadi pembuka jalan menuju surga-Nya. Sehingga jika tiba
masa-masa kita merasa jenuh, lelah, bahkan mengalami gesekan internal, maka ingatlah
kembali orientasi dan motivasi kita hari ini. Ingatlah masa-masa di mana kita mengelola
bidang ini dari nol. Lalu, carilah jawaban atas tanya, “apa yang dapat membuat
saya bertahan hingga saat ini?”
Terimakasih atas
komitmen yang kita bangun bersama dan segala pencapaian kita hingga hari ini. “Tapi,
kerja belum selesai...belum apa-apa” (Chairil Anwar). Semoga Allah senantiasa
memberikan keistiqomahan kepada kita.
“Sesungguhnya kami memberi
makanan kepadamu hanyalah untuk mengharap keridhaan Allah, kami tidak
menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terimakasih. Sesungguhnya
kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang
bermuka masam penuh kesulitan.” Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan
hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati.
(QS. Al Insan [76]: 11)
Yogyakarta, penghujung
Januari 2016
From (Kampung) Dero to
Hero
0 komentar:
Posting Komentar