Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu
Rabu, 2 Desember 2015
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Marsigit, MA
Berfilsafat adalah upaya manusia agar lebih banyak
orang yang memahami gagasan-gagasannya. Maka sebenar-benar filsafat adalah
menjelaskan segala yang ada dan yang mungkin ada di dalam pikiran. Untuk dapat
menjelaskan, proses berpikir kritis dan ikhlas dalam merefleksi merupakan dua
hal yang terpenting dalam berfilsafat. Berpikir kritis adalah senantiasa berpikir
secara radik (mengakar) hingga menggapai hakikat, mengungkapnya secara mendalam
(intensif) dan berkembang (ekstensif). Sedangkan ikhlas dalam hati adalah
memurnikan segala pikiran dan tindakan dari segala bentuk stigma yang akan
memengaruhi hasil pemikiran. Sehingga dengan hati yang ikhlas akan lahir sebuah
gagasan yang murni dan benar-benar merefleksikan dari pengalaman dan analisa
dari yang ada dan yang mungkin ada. Oleh karena itu, berfilsafat bukanlah
tentang menebak-nebak jawaban yang benar dari sekian banyak tes jawab singkat
yang diajukan. Berfilsafat juga bukan tentang sebanyak-banyak berkomentar elegi
di blog, tapi jauh dari pemahaman dan pelaksanaan. Namun sekali lagi,
berfilsafat adalah tentang bagaimana kita menjelaskan.
Tiap manusia memiliki dimensi dan struktur berpikir
yang berbeda. Begitu pula setiap objek dalam filsafat pun berdimensi dan
berstruktur. Sehingga menjelaskan apa yang dipikirkan secara filsafat adalah menjelaskan
yang bertujuan agar manusia memahami dan memiliki dimensi yang sama dengan apa
yang dipikirkan oleh yang memiliki gagasan. Begitu pula dalam memahami
filsafat, tidaklah cukup hanya dengan sekedar menebak-nebak tes jawab singkat.
Tes jawab singkat merupakan bentuk reduksi terbesar dari filsafat. Tes jawab
singkat tidaklah cukup menjelaskan filsafat baik secara ontologis,
epistemologis maupun aksiologis. Tes jawab singkat hanyalah sebuah petunjuk
bahwa betapa banyak yang masih tidak diketahui daripada yang diketahui.
Sehingga belajar harus terus dilakukan, berpikir mesti kritis, dan hati harus
senantiasa ikhlas. Berfilsafat pun tidaklah cukup hanya sekedar membaca
sumber-sumber sekunder. Karena sebenar-benar filsafat adalah pikiran para
filsuf. Maka bacalah pikiran para filsuf melalui karya-karyanya dengan kritis
dan ikhlas. Indikasi kritis adalah terbebas daripada stigma dan mitos, sedang
indikasi ikhlas adalah membaca dan melaksanakannya semata-mata untuk meraih
kebenaran. Sehingga belajar filsafat semata-mata karena nilai dan khawatir
terhadap tes jawab singkat bukanlah ciri dari berfilsafat yang
sebenar-benarnya.
0 komentar:
Posting Komentar