Senin, 14 September 2015

Abah dan Pelatihan Sepeda

0

Mendidik itu ibarat melatih anak mengendarai sepeda. Sebagaimana yang dulu Abah lakukan kepadaku ketika masih kanak-kanak. Bermodalkan sepeda perempuan (yang memiliki keranjang di depannya), Abah melatihku bersepeda di sebuah tanah lapang. Ku kayuh sepeda perlahan, sedangkan Abah mendorong dan menjaga keseimbangan sepedaku. Awalnya sepedaku berjalan dengan goyah, namun lama-kelamaan menjadi stabil seiring kecepatan yang terus bertambah. Sekilas ku lihat ke belakang, sosok Abah mengecil akibat telah jauh tertinggal dari ku. Sepedaku terus melaju, sedang cekungan menyisakan beberapa meter di hadapan. Nasib, Abah lupa mengajariku menggunakan rem. Alhasil, aku pun jatuh di rerumputan berduri, meninggalkan bekas lecet di sekujur lengan dan betis. Tapi tak mengapa, sejak itu aku pun mulai mahir memacu sepeda. Hampir setiap sore ku habiskan waktu dengan bersepeda berkeliling kampung dan memasuki hutan-hutan. Bersepeda telah membawaku ke berbagai tempat dengan berbagai pengalaman. Itulah yang kurasakan ketika bersepeda.


Ya, adakalanya mendidik itu seperti melatih seorang anak mengendarai sepeda. Ada masa-masa dimana seorang pendidik perlu berada di 'belakang' siswanya untuk mendorong sembari menjaga mereka dalam mengeksplorasi rasa ingin tahu. Tanpa perlu didikte dan dikekang. Namun jangan pernah lupa untuk mengajarkan mereka 'rem' tanggungjawab, agar mereka selalu belajar dan mengkaji dalam bingkai norma dan etika. Agar kegagalan siswa dalam mencapai tujuan belajarnya adalah hal yang perlu disikapi dengan bijak bagi pendidik maupun siswa. Bahwa ada konsekuensi dari setiap tindakan. Bahwa selalu ada pengorbanan dalam setiap cita-cita mulia. Maka memberikan kebebasan yang penuh tanggungjawab akan membuat mereka melesat dalam ruang ilmu pengetahuan bahkan melampaui kita tanpa disadari. 

Indah bukan? Meski dalam praktik lapangan tentu ini menjadi sebuah tantangan. Tuntutan kompetensi yang kian tinggi dan kompleks, membuat setiap pendidik harus mampu menjadi pelatih sepeda yang ulung bagi siswanya. Tidak hanya itu, kelapangan hati yang luas sangat diperlukan agar kita sadar bahwa setiap anak tumbuh berkembang dengan sepeda (bakat dan minat) mereka masing-masing. Maka jangan perlu bersedih dan marah ketika siswa tak seperti yang diharapkan. Karena pendidik adalah pembimbing dan penunjuk jalan, bukan hakim pengadilan. Wallahua'lam bishshawwab. 

Jogjakarta, penghujung Agustus 2015
From (Kampung) Dero to Hero

0 komentar:

Posting Komentar

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html