Selasa, 22 September 2015

Merajut Hikmah di Detak Detik Idul Adha

0

"Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh" 
(QS. ash-Shaffat: 100)

Begitulah doa yang dipanjatkan Nabi Ibrahim di tengah kegundahannya, karena belum jua dikaruniai seorang anak. Sedang perjalanan dakwah baru saja ditapaki dan usianya tak lagi muda. Nabi Ibrahim perlu seorang partner sekaligus generasi penerus yang akan melanjutkan estafet dakwah ini. Dan Allah pun mengabulkan doanya,

"Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak  yang amat sabar." (QS. ash-Shaffat: 101)

Kelahiran Ismail as yang kelak mengikut jejak ayahnya pun menjadi kebahagiaan yang tak terkira bagi Nabi Ibrahim. Namun seiring kebahagiaan itu, Allah SWT menguji kecintaan Nabi Ibrahim kepada keluarga kecilnya di atas ketundukan terhadap perintah-Nya. Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim melakukan perjalanan yang jauh, meninggalkan keluarga kecilnya di lembah tandus tanpa tetumbuhan dan perbekalan memadai. Berat memang, apalagi saat itu Ismail as ditinggalkan dalam keadaan masih belia. Namun dengan keikhlasan, Nabi Ibrahim melaksanakan perintah sebagai bentuk kecintaannya yang lebih besar kepada Allah SWT. Singkat cerita, kecintaan Nabi Ibrahim kepada Allah SWT yang melebihi kecintaannya kepada keluarganya pun menjadi jaminan keberlangsungan hidup Ismail as dan Siti Hajar. Keajaiban terjadi, mata air zam-zam muncul dari kaki kecil Ismail as yang kelak menjadi titik tolak munculnya peradaban di kawasan Jazirah Arab.


Namun ujian Nabi Ibrahim tidak berhenti sampai di situ. Ketika Nabi Ibrahim menampakkan kecintaan yang luar biasa dari yang seharusnya kepada anaknya, maka Allah SWT kembali menguji rasa cinta Nabi Ibrahim dengan memerintahkannya menyembelih Ismail as. Nabi Ibrahim mengalami ujian yang berat sebagai orangtua. Begitu pula Ismail as, di usianya yang tumbuh remaja harus menghadapi ujian yang berat. Namun Ismail as mewarisi kesabaran ayahnya. Maka tatkala Nabi Ibrahim meminta pendapatnya tentang perintah Allah untuk menyembelih dirinya, tanpa protes ataupun mendebat Ismail as berkata,

“Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu: Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." (QS. ash-Shaffat: 102)

Segala puji bagi Allah, Tuhan yang mengaruniakan sifat-sifat mulia kepada hamba-Nya. Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail bersabar dalam ketundukan atas perintah Allah SWT. Hingga pada detik-detik penyembelihan, Allah SWT pun membenarkan tindakan kedua ayah dan anak itu. Lalu Allah mengaruniakan kepada mereka mukjizat yang hingga detik ini umat Islam rayakan di antara dua hari raya yang telah Rasulullah SAW tetapkan.

Ya, Idul Adha adalah tentang mengungkapkan rasa cinta kepada Allah SWT. Ia adalah potongan sejarah Islam yang sarat akan cinta yang mendalam, jauh berbeda dengan serial cinta picisan atau romansa di kalangan anak muda. Karena kekuatan cintanya pada Allah SWT menjadi lautan dari perasaan kemanusiaan, bahkan lautan yang tidak bertepi. Kecintaan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail kepada Allah SWT telah membawa mereka pada derajat yang mulia. Nabi Ibrahim sebagai khalilullah, sedang Nabi Ismail sebagai shadiqul wa’di.

Ya, Idul Adha adalah tentang cinta yang memerlukan pengorbanan dan kesabaran. Sesuatu akan layak untuk diperjuangkan dan diberikan pengorbanan yang terbaik ketika itu adalah hal yang paling kita cintai. Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail telah memberikan sebaik-baik teladan, bahwa pengorbanan dan kesabaran kita hanya patut didedikasikan kepada yang Maha Mencintai dan Dicintai, Allah SWT. Karena cinta-Nya tak akan pernah mengecewakan, apalagi bertepuk sebelah tangan. Karena dengan mencintai-Nya, seluruh makhluk dan ciptaan-Nya bertasbih, memuji dan mendoakan kita.

Ya, Idul Adha adalah tentang dahsyatnya cinta memengaruhi dunia seisinya. Kecintaan Nabi Ibrahim kepada Allah dalam mengikuti perintahnya, telah menjadi jalan bagi munculnya peradaban di sebuah lembah tandus Bakkah, yang kelak menjadi pusat ibadah dan dakwah Islam bermula. Kecintaan Nabi Ismail kepada Allah dalam membenarkan mimpinya, telah menjadi jaminan bahwa penutup para Nabi akan lahir dari keturunannya.

Ya, inilah secuil hikmah di detak detik Idul Adha.

Jogjakarta, 22 September 2015
From (Kampung) Dero to Hero

0 komentar:

Posting Komentar

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html