Jumat, 29 Januari 2016

Apa yang Kita Dapatkan?

0



Tidak dapat dibohongi, bahwa saya mengawali tanggungjawab ini dengan kekhawatiran. Ketika itu baru tiga orang yang menyatakan diri untuk bergabung dalam bidang Pengabdian Masyarakat. Hingga seiring berjalannya waktu kekhawatiran itu akhirnya pudar ketika satu persatu dari kalian mulai memutuskan untuk berlabuh di bidang ini, bahkan melebihi harapan. Hingga terbersit sebuah tanya ketika mendapati begitu banyak yang memilih bidang ini, apa yang ingin kita dapatkan dari ini?

Selasa, 26 Januari 2016

Rabu, 20 Januari 2016

Membangun Konsep Pendidikan Ideal bagi Indonesia

0








 (Sebuah refleksi dari perkuliahan Filsafat Ilmu)

            Salah satu rahasia kebangkitan dan kemajuan peradaban suatu negara terletak pada kuantitas dan kualitas generasi mudanya. Sebuah fakta sejarah telah membuktikan bahwa negara-negara –seperti Jepang dan Singapura- yang puluhan tahun sebelumnya tidak masuk hitungan dalam persaingan global, kini muncul menjadi pesaing bagi negara adi daya. Padahal sumber daya alam negara tersebut cukup minim. Di satu sisi, negara dengan SDM dan SDA yang melimpah seperti Indonesia ternyata belum mampu menjadi negara yang maju, namun justru masih berkutat di permasalahan pengelolaan SDM. Perbedaan kondisi dari kedua negara ini tidak lain dipengaruhi oleh faktor generasi muda, khususnya pada aspek kualitas. Karena generasi muda suatu negara yang mumpuni dari segi kualitas dan kuantitas merupakan aset yang berharga bagi keberlangsungan dan eksistensi negara tersebut. Mereka yang akan menjadi penerus dan pengembang dari pencapaian negara tersebut. Ketika baik generasi muda suatu negara, maka baik pulalah masa depan negara tersebut. Hal inilah yang melandasi dari pentingnya membekali generasi muda denga nilai-nilai peradaban bangsa dan ilmu pengetahuan melalui pendidikan.

Sabtu, 16 Januari 2016

Rasulullah SAW sebagai Muslim Negarawan (End)

0


Aktualisasi Nilai-Nilai Nasionalisme dalam Konteks Keindonesiaan
 
Umat Islam sebagai mayoritas di Indonesia seharusnya turut serta bertanggungjawab dalam mengemban amanah kenegarawanan ketika menghadapi permasalahan bangsa. Khususnya saat semangat nasionalisme Indonesia mulai luntur dan miskin makna, sehingga membutuhkan sebuah gagasan baru dalam mengisi kemerdekaan Indonesia. Di sinilah peran muslim negarawan sebagai cermin umat Islam yang memiliki mentalitas berbangsa dan bernegara untuk berkontribusi dalam membangunn negara dan bangsanya.
Rasulullah SAW sebagai sosok muslim negarawan telah memberikan teladan bagaimana seorang muslim mampu mengaktualisasikan nilai-nilai nasionalisme dalam kehidupan sehari-hari. Berikut karakteristik dari muslim negarawan dalam konteks keindonesiaan Rijalul Imam (2008).

Rabu, 13 Januari 2016

Menggapai Ikhlas

0



Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu
Selasa-Rabu, 29-30 Desember 2015
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Marsigit, MA

”Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”
(QS. 98: 5)

Spiritual merupakan struktur tertinggi dari pikiran manusia. Ia merupakan wujud dari doa dan orientasi manusia kepada Tuhan yang Maha Esa. Sehingga aspek spiritual tidak hanya tentang selamat di dunia, tetapi juga bagaimana dapat kembali ke akhirat pun dengan selamat. Oleh karena itu, spiritual menjadi grade yang paling utama, yang paling tinggi, dan seharusnya paling dicari oleh manusia. Namun tidak dapat dipungkiri, bahwa hari ini yang terjadi justru sebaliknya. Kebanyakan manusia berlomba-lomba mengejar materi dan hal duniawi lainnya seraya melupakan akhiratnya. Padahal, kehidupan dunia  manusia hanyalah sebentar, sedangkan kehidupan akhirat adalah kampung yang kekal bagi manusia. Oleh karena itu, sebaik-baik manusia adalah ia yang menyiapkan bekal akhiratnya di dunia dengan berupaya menggapai spiritualitas kehidupan. Untuk meraih tingkatan tersebut, maka salah satu komponen yang mesti dimiliki oleh manusia adalah keikhlasan.

Selasa, 12 Januari 2016

Komputer, Lupa dan Ingatan

0



Refleksi Kuliah Filsafat Ilmu
Selasa, 22 Desember 2015
Dosen Pengampu: Prof.Dr. Marsigit, MA.

Tahukah kalian? Komputer memiliki tiga komponen: ALU (Arithmatic Logical Unit), Storage Unit, dan Control Unit. ALU merupakan komponen yang mampu berpikir seperti mengurutkan dan memikirkan. Control Unit adalah yang berfungsi untuk mengendalikan sistem. Sedangkan Storage Unit adalah komponen yang menyimpan data dalam bentuk memori. Memori yang disimpan dalam memori terdiri dari dua jenis: ROM (Read Only Memory) dan RAM (Random Access Memory). Ketika komputer dimatikan, maka setiap data yang tersimpan di ROM otomatis tidak tersimpan atau terhapus dari memori komputer. Lain halnya data yang tersimpan di RAM, bahkan data yang dihapus sekalipun bisa saja di’panggil’ kembali. Mekanisme yang sama juga terjadi perhitungan jam yang terus berputar meskipun handphone ataupun komputer telah dimatikan.

Sabtu, 09 Januari 2016

Berfilsafat adalah Menjelaskan

0


Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu
Rabu, 2 Desember 2015
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Marsigit, MA

Berfilsafat adalah upaya manusia agar lebih banyak orang yang memahami gagasan-gagasannya. Maka sebenar-benar filsafat adalah menjelaskan segala yang ada dan yang mungkin ada di dalam pikiran. Untuk dapat menjelaskan, proses berpikir kritis dan ikhlas dalam merefleksi merupakan dua hal yang terpenting dalam berfilsafat. Berpikir kritis adalah senantiasa berpikir secara radik (mengakar) hingga menggapai hakikat, mengungkapnya secara mendalam (intensif) dan berkembang (ekstensif). Sedangkan ikhlas dalam hati adalah memurnikan segala pikiran dan tindakan dari segala bentuk stigma yang akan memengaruhi hasil pemikiran. Sehingga dengan hati yang ikhlas akan lahir sebuah gagasan yang murni dan benar-benar merefleksikan dari pengalaman dan analisa dari yang ada dan yang mungkin ada. Oleh karena itu, berfilsafat bukanlah tentang menebak-nebak jawaban yang benar dari sekian banyak tes jawab singkat yang diajukan. Berfilsafat juga bukan tentang sebanyak-banyak berkomentar elegi di blog, tapi jauh dari pemahaman dan pelaksanaan. Namun sekali lagi, berfilsafat adalah tentang bagaimana kita menjelaskan.

Sabtu, 02 Januari 2016

Rasulullah sebagai Muslim Negarawan (Part 3)

1



Istilah muslim negarawan merupakan sebuah frase yang terdiri dari kata muslim dan negarawan. Muslim berarti orang yang beragama Islam atau orang yang berserah diri kepada Allah SWT. Sedangkan negarawan berarti orang yang berjasa dan berkorban demi bangsa dan negaranya, tanpa memperhatikan latar belakangnya (Amin Sudarsono, 2010: 80). Hal ini dilandasi oleh mentalitas yang merasa memiliki bangsa dan negara, sehingga ia berkontribusi dalam membela dan membangun bangsa dan negaranya. Jadi, muslim negarawan adalah seorang muslim yang memberikan loyalitasnya kepada Allah SWT serta memiliki rasa kebermilikan terhadap bangsa dan negara sehingga segala aktivitasnya ditujukan untuk berkontribusi bagi agama dan negara.

Rasulullah SAW merupakan sosok yang ideal dalam menggambarkan seorang muslim negarawan. Bahkan sebelum kerasulan, beliau telah aktif berkontribusi menyelesaikan permasalahan-permasalahan bangsanya. Salah satunya adalah ketika beliau menyelesaikan perselisihan antara suku-suku quraisy terkati pengembalian Hajar Aswad ke tempat semula (Shafiyyurahman Mubarakfury, 2010: 66).

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html