Tidak dapat
dibohongi, bahwa saya mengawali tanggungjawab ini dengan kekhawatiran. Ketika itu
baru tiga orang yang menyatakan diri untuk bergabung dalam bidang Pengabdian Masyarakat.
Hingga seiring berjalannya waktu kekhawatiran itu akhirnya pudar ketika satu
persatu dari kalian mulai memutuskan untuk berlabuh di bidang ini, bahkan
melebihi harapan. Hingga terbersit sebuah tanya ketika mendapati begitu banyak
yang memilih bidang ini, apa yang ingin kita dapatkan dari ini?
Jumat, 29 Januari 2016
Selasa, 26 Januari 2016
B for The Best
Posted on 11.26 by Anwaril Hamidy
Rabu, 20 Januari 2016
Membangun Konsep Pendidikan Ideal bagi Indonesia
Posted on 11.45 by Anwaril Hamidy
(Sebuah refleksi dari perkuliahan Filsafat Ilmu)
Salah satu rahasia kebangkitan dan
kemajuan peradaban suatu negara terletak pada kuantitas dan kualitas generasi
mudanya. Sebuah fakta sejarah telah membuktikan bahwa negara-negara –seperti
Jepang dan Singapura- yang puluhan tahun sebelumnya tidak masuk hitungan dalam
persaingan global, kini muncul menjadi pesaing bagi negara adi daya. Padahal
sumber daya alam negara tersebut cukup minim. Di satu sisi, negara dengan SDM
dan SDA yang melimpah seperti Indonesia ternyata belum mampu menjadi negara
yang maju, namun justru masih berkutat di permasalahan pengelolaan SDM. Perbedaan
kondisi dari kedua negara ini tidak lain dipengaruhi oleh faktor generasi muda,
khususnya pada aspek kualitas. Karena generasi muda suatu negara yang mumpuni
dari segi kualitas dan kuantitas merupakan aset yang berharga bagi keberlangsungan
dan eksistensi negara tersebut. Mereka yang akan menjadi penerus dan pengembang
dari pencapaian negara tersebut. Ketika baik generasi muda suatu negara, maka
baik pulalah masa depan negara tersebut. Hal inilah yang melandasi dari
pentingnya membekali generasi muda denga nilai-nilai peradaban bangsa dan ilmu
pengetahuan melalui pendidikan.
Sabtu, 16 Januari 2016
Rasulullah SAW sebagai Muslim Negarawan (End)
Posted on 17.31 by Anwaril Hamidy
Aktualisasi Nilai-Nilai Nasionalisme dalam
Konteks Keindonesiaan
Umat
Islam sebagai mayoritas di Indonesia seharusnya turut serta bertanggungjawab
dalam mengemban amanah kenegarawanan ketika menghadapi permasalahan bangsa.
Khususnya saat semangat nasionalisme Indonesia mulai luntur dan miskin makna,
sehingga membutuhkan sebuah gagasan baru dalam mengisi kemerdekaan Indonesia.
Di sinilah peran muslim negarawan sebagai cermin umat Islam yang memiliki
mentalitas berbangsa dan bernegara untuk berkontribusi dalam membangunn negara
dan bangsanya.
Rasulullah
SAW sebagai sosok muslim negarawan telah memberikan teladan bagaimana seorang
muslim mampu mengaktualisasikan nilai-nilai nasionalisme dalam kehidupan
sehari-hari. Berikut karakteristik dari muslim negarawan dalam konteks
keindonesiaan Rijalul Imam (2008).
Rabu, 13 Januari 2016
Menggapai Ikhlas
Posted on 05.58 by Anwaril Hamidy
Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu
Selasa-Rabu, 29-30 Desember 2015
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Marsigit,
MA
”Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama
yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang
demikian itulah agama yang lurus.”
(QS. 98: 5)
Spiritual merupakan struktur tertinggi dari
pikiran manusia. Ia merupakan wujud dari doa dan orientasi manusia kepada Tuhan
yang Maha Esa. Sehingga aspek spiritual tidak hanya tentang selamat di dunia,
tetapi juga bagaimana dapat kembali ke akhirat pun dengan selamat. Oleh karena
itu, spiritual menjadi grade yang
paling utama, yang paling tinggi, dan seharusnya paling dicari oleh manusia. Namun
tidak dapat dipungkiri, bahwa hari ini yang terjadi justru sebaliknya.
Kebanyakan manusia berlomba-lomba mengejar materi dan hal duniawi lainnya
seraya melupakan akhiratnya. Padahal, kehidupan dunia manusia hanyalah sebentar, sedangkan kehidupan
akhirat adalah kampung yang kekal bagi manusia. Oleh karena itu, sebaik-baik
manusia adalah ia yang menyiapkan bekal akhiratnya di dunia dengan berupaya
menggapai spiritualitas kehidupan. Untuk meraih tingkatan tersebut, maka salah
satu komponen yang mesti dimiliki oleh manusia adalah keikhlasan.
Selasa, 12 Januari 2016
Komputer, Lupa dan Ingatan
Posted on 22.50 by Anwaril Hamidy
Refleksi Kuliah Filsafat Ilmu
Selasa, 22 Desember 2015
Dosen Pengampu: Prof.Dr. Marsigit,
MA.
Tahukah kalian?
Komputer memiliki tiga komponen: ALU (Arithmatic
Logical Unit), Storage Unit, dan Control Unit. ALU merupakan komponen
yang mampu berpikir seperti mengurutkan dan memikirkan. Control Unit adalah yang berfungsi untuk mengendalikan sistem.
Sedangkan Storage Unit adalah
komponen yang menyimpan data dalam bentuk memori. Memori yang disimpan dalam
memori terdiri dari dua jenis: ROM (Read Only
Memory) dan RAM (Random Access Memory).
Ketika komputer dimatikan, maka setiap data yang tersimpan di ROM otomatis
tidak tersimpan atau terhapus dari memori komputer. Lain halnya data yang
tersimpan di RAM, bahkan data yang dihapus sekalipun bisa saja di’panggil’
kembali. Mekanisme yang sama juga terjadi perhitungan jam yang terus berputar
meskipun handphone ataupun komputer telah dimatikan.
Sabtu, 09 Januari 2016
Berfilsafat adalah Menjelaskan
Posted on 19.20 by Anwaril Hamidy
Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu
Rabu, 2 Desember 2015
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Marsigit, MA
Berfilsafat adalah upaya manusia agar lebih banyak
orang yang memahami gagasan-gagasannya. Maka sebenar-benar filsafat adalah
menjelaskan segala yang ada dan yang mungkin ada di dalam pikiran. Untuk dapat
menjelaskan, proses berpikir kritis dan ikhlas dalam merefleksi merupakan dua
hal yang terpenting dalam berfilsafat. Berpikir kritis adalah senantiasa berpikir
secara radik (mengakar) hingga menggapai hakikat, mengungkapnya secara mendalam
(intensif) dan berkembang (ekstensif). Sedangkan ikhlas dalam hati adalah
memurnikan segala pikiran dan tindakan dari segala bentuk stigma yang akan
memengaruhi hasil pemikiran. Sehingga dengan hati yang ikhlas akan lahir sebuah
gagasan yang murni dan benar-benar merefleksikan dari pengalaman dan analisa
dari yang ada dan yang mungkin ada. Oleh karena itu, berfilsafat bukanlah
tentang menebak-nebak jawaban yang benar dari sekian banyak tes jawab singkat
yang diajukan. Berfilsafat juga bukan tentang sebanyak-banyak berkomentar elegi
di blog, tapi jauh dari pemahaman dan pelaksanaan. Namun sekali lagi,
berfilsafat adalah tentang bagaimana kita menjelaskan.
Sabtu, 02 Januari 2016
Rasulullah sebagai Muslim Negarawan (Part 3)
Posted on 07.52 by Anwaril Hamidy
Istilah
muslim negarawan merupakan sebuah frase yang terdiri dari kata muslim dan
negarawan. Muslim berarti orang yang beragama Islam atau orang yang berserah
diri kepada Allah SWT. Sedangkan negarawan berarti orang yang berjasa dan
berkorban demi bangsa dan negaranya, tanpa memperhatikan latar belakangnya
(Amin Sudarsono, 2010: 80). Hal ini dilandasi oleh mentalitas yang merasa
memiliki bangsa dan negara, sehingga ia berkontribusi dalam membela dan
membangun bangsa dan negaranya. Jadi, muslim negarawan adalah seorang muslim
yang memberikan loyalitasnya kepada Allah SWT serta memiliki rasa kebermilikan
terhadap bangsa dan negara sehingga segala aktivitasnya ditujukan untuk
berkontribusi bagi agama dan negara.
Rasulullah
SAW merupakan sosok yang ideal dalam menggambarkan seorang muslim negarawan.
Bahkan sebelum kerasulan, beliau telah aktif berkontribusi menyelesaikan
permasalahan-permasalahan bangsanya. Salah satunya adalah ketika beliau
menyelesaikan perselisihan antara suku-suku quraisy terkati pengembalian Hajar
Aswad ke tempat semula (Shafiyyurahman Mubarakfury, 2010: 66).
Langganan:
Postingan (Atom)