Rabu, 14 Desember 2016
Senin, 12 September 2016
Elegi Kereta Api
Posted on 14.56 by Anwaril Hamidy
Pengalaman yang
dinamis, penuh rintangan, menggelitik emosi bahkan tak jarang menggerus fisik
memang layak utk dikisahkan kembali. Karena akan selalu ada hikmah di sana,
meski tak jarang baru disadari ketika pengalaman itu telah terlampau jauh pergi
digilas oleh rutinitas sehari-hari. Begitu pula kisahku kali ini. Dalam setting
pagi hari Yogyakarta yang cukup menegangkan, hingga akhirnya aku bisa duduk
manis dalam sebuah gerbong kereta sambil menikmati indahnya pemandangan dan pengalaman pertama menaiki kereta api di Yogyakarta.
Ada banyak hikmah yang tumpah ruah dalam setiap letak-letik dan detak-detik
perjalanannya. Siap untuk diolah menjadi untaian kalimat yang sayang untuk
dilewatkan. Setidaknya bagi diriku pribadi dan kawan seperjalanan. Dan inilah kisahku.
Kamis, 18 Agustus 2016
Korupsi dalam Hukum dan Perundang-Undangan Indonesia*
Posted on 10.31 by Anwaril Hamidy
1. Tindak
pidana Korupsi di atur dalam UU Tahun 1999 nomor 31 yang kemudian diperbarui
dengan UU tahun 2001 tahun 2001
2. Terdapat
beberapa komponen dari tindak pidana korupsi: suap dan gratifikasi (pasal 5 dan
6), kecurangan atas apa yang dipercayakan (pasal 7), mencuri harta negara,
melakukan tindakan melawan hukum, menyalahkan wewenang, menimbulkan kerusakan (corrupt) berupa kerugian negara.
Selasa, 09 Agustus 2016
MATEMATIKA ANTI KORUPSI
Posted on 09.32 by Anwaril Hamidy
Adil ialah menimbang yang sama berat,
menyalahkan yang salah, dan membenarkan
yang benar,
mengembalikan hak yang empunya, dan jangan berlaku
zhalim di atasnya
(Buya
Hamka)
Selasa, 02 Agustus 2016
FORMAL
Posted on 16.53 by Anwaril Hamidy
Mata Kuliah Matematika Model
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Marsigit,
MA.
Formal merupakan suatu metode dalam
menyusun penalaran yang logis, konsisten, terstruktur, koheren, analitik dan
ideal. Dalam hal ini logika merupakan hal yang fundamental dalam memahami
metode formal. Logika (Beth, 1962) merupakan teori deduktif inferensial yang
berkaitan erat dengan konsep himpunan, premis dan modus Ponens. Dalam membangun
konstruksi logika, perlu ditetapkan (F) formula-formula (U, V, W, ...) yang
merupakan terdiri dari atom-atom (A, B, C, ...) pada suatu himpunan (K). Dengan
ketetapan inilah, melalui penerapan modus Ponens, metode Formal dikembangkan
hingga diperoleh kesimpulan (Z). Beth (1962) menjelaskan bahwa terdapat tiga
konsepsi logika sebagai suatu teori deduksi inferensial, yaitu teori deduksi
murni (formalis), semantik, dan aksiomatik. Ketiganya memiliki keterkaitan satu
sama lain. Sehingga untuk dapat memahami dan mengembangkan logika secara
lengkap dan mudah, kita harus mempelajari ketiganya.
Minggu, 31 Juli 2016
Korupsi dan Masa Depan Bangsa*
Posted on 20.42 by Anwaril Hamidy
- Apa bedanya korupsi dengan mencuri? Padahal keduanya sama-sama mengambil hak milik orang lain untuk kepentingan pribadi. Namun mengapa mencuri dianggap suatu kejahatan biasa, sedangkan korupsi dianggap suatu kejahatan yang luar biasa?
Rabu, 06 Juli 2016
Ramazan Bayramizi (Eid Mubarak) 1437 H
Posted on 19.10 by Anwaril Hamidy
Rabu, 04 Mei 2016
Film UP dan Tragedi Bedugul
Posted on 23.47 by Anwaril Hamidy
Tulisan ini ku
buat beberapa hari setelah kejadian jatuhnya HPku di danau daerah Bedugul,
Bali. Awalnya aku hanya ingin sekedar membuat puisi, sebagaimana tulisan-tulisan
sebelumnya yang berisi kesan tentang daerah yang ku lalui selama wisata
Malang-Lombok-Bali. Namun bagian akhir film UP yang kutonton sembari mengisi
perut malam ini, memberikan inspirasi yang sayang jika hanya berakhir dalam
bentuk puisi. Maka ijinkan saya untuk memulai tulisan ini dengan menyampaikan bagian
akhir dari film UP, meski saya yakin pembaca sudah tidak asing lagi dengan film
yang satu ini.
Minggu, 01 Mei 2016
Maghrib di Ende
Posted on 14.20 by Anwaril Hamidy
Menjelang maghrib. Kami sampai di Desa Ende, tempat di mana rumah adat asli suku Sasak masih bisa ditemui. Di depan pintu masuk, kehadiran bus kami disambut oleh beberapa penduduk desa. Segera kami turun dari bus dan mengambil posisi berdiri di dekat plang bertuliskan "Desa Wisata Sasak Ende", sambil berharap yang membawa kamera segera sadar akan peran pentingnya saat itu. Setelah puas berfoto, seorang pria menghampiri kami. Dia mengarahkan kami untuk masuk ke desa sembari memulai penjelasan tentang profil desa yang cukup kontras dengan lingkungan sekitarnya ini. Dia adalah warga asli Desa Ende, tapi tak sempat aku bertanya namanya. Bahasa Indonesianya cukup baik dan gaul, jika dibandingkan dengan beberapa penjual yang kutemui di sekitar pantai Kuta dan Tanjung Aan. Sehingga diskusi pun mengalir dengan cair tanpa merasa canggung.
Singkat cerita, tibalah kami di rumah adat suku Sasak. Sebuah rumah yang termasuk masih alami jika dilihat dari tiang-tiangnya yang berupa bambu, atapnya yang menggunakan ilalang kering, dan lantainya yang berupa tanah. Namanya Bale Tani, yang berarti rumah petani. Cukup menggambarkan profesi utama warga desa Ende, yaitu petani. Di teras nampak seorang wanita yang cukup berumur duduk di atas tikar sambil mengunyah sesuatu. Tebakanku itu adalah sirih, jika dilihat dari warna bungkusannya yang hijau dan cara ibu itu memilin-milin bungkusan itu. Tak sempat bertanya banyak, ibu itu langsung menjadi sasaran objek fotografi para perempuan. Sedangkan pria yang sedari tadi mendampingi kami mulai menjelaskan tentang bentuk, bahan serta filosofi dari bangunan ini.
Hal unik yang pertama kali terlintas di pikiran adalah ukuran tinggi atap bale yang cukup rendah. Hampir-hampir atapnya menyentuh kepalaku yang termasuk kategori manusia bertubuh kurang tinggi. Alhasil setiap yang ingin masuk harus menunduk agar kepala tak membentur langit-langit rumah. Namun bentuk atap yang rendah bukan tanpa filosofi. Itu perlambang sikap hormat dari yang bertamu kepada si empunya rumah. Sehingga setinggi apapun derajat manusia yang bertamu, ia pasti akan 'membungkuk' sebagai bentuk rasa hormat dan sopan santun. Hal yang mengejutkan berikutnya adalah ruangan bale yang tanpa sekat. Dan jika malam tlah tiba, ayah dan anak lelakinya tidur di teras beratap rendah, sedangkan ibu dan anak perempuannya tidur di dalam bale. Hal ini dimaksudkan agar proses pendidikan anak benar-benar personal dan optimal dilakukan oleh orangtua. Ada satu hal lagi yang unik, namun rumornya telah lama ku dengar lewat televisi. Yakni Bale Tani yang rutin dipel dengan kotoran sapi. Kotoran sapi digunakan untuk memperkuat kesolidan tanah yang menopang rumah, (katanya) menjaga kebersihan dan menghindarkan pemilik rumah dari penyakit dan sihir. Sapi memang merupakan ternak yang berperan besar dalam kehidupan warga Desa Ende. Investasi bagi pendidikan generasi muda. Penentu kasta seseorang ketika ia menikah. Saking pentingnya sapi bagi suatu keluarga, bahkan keperluan makan paginya lebih didahulukan daripada sarapan. Namun jika musim panen masih lama sedang persediaan menipis, maka sapi yang mulia itu berakhir di pemotongan hewan atau beralih pemilik alias dijual. Begitu kira-kira penjelasan pria yang mendampingi kami, ketika langkah tak terasa telah tiba di kandang sapi yang berdampingan dengan gudang kotoran dan Bale Lumbung.
Ya, Bale Lumbung. Sebuah bangunan dengan bentuk lebih ramping daripada Bale Tani, lebih tinggi seperti rumah panggung, tidak memiliki akses keluar masuk kecuali hanya sebuah jendela kecil. Di sinilah beberapa keluarga menyimpan hasil panen mereka sebagai persediaan makan hingga masa panen tiba kembali. Desa Ende memiliki 29 kepala keluarga dengan empat buah Bale Lumbung. Jadi, diperkirakan satu Bale Lumbung digunakan menyimpan 7-8 kepala keluarga. Mendengar penjelasan tentang Bale Lumbung, membawa pikiranku pada kisah Nabi Yusuf as. Ketika Al Aziz, pemimpin Mesir saat itu bermimpi tujuh ekor sapi betina yang gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus dan tujuh bulir gandum yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering. Lalu Nabi Yusuf as menginterpretasikan mimpi tersebut yang direkam dalam surah Yusuf ayat 47-49.
Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan. Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan dimasa itu mereka memeras anggur". (QS. Yusuf: 47-49)
Prediksi Nabi Yusuf as. ini kemudian dikenal di dunia barat dengan istilah Joseph Cycle (siklus Nab Yusuf), dan menjadi panduan dalam memprediksi gejala-gejala krisis moneter saat ini. Dan di sini, di Desa Ende, pola atau siklus Nabi Yusuf ini telah lama diterapkan, meski tidak dalam rentang waktu 7 tahunan.
Hari makin gelap ketika pria tadi mengajak kami untuk kembali ke bus dan melanjutkan perjalanan. Kami pun bergegas kembali, menyisakan pelajaran dari desa Ende. Desa Ende di Lombok Tengah memberikan kesan orisinil dan alami. Cukup kontras dengan jalan-jalan yang kami lalui ketika menuju ke peristirahatan. Desa Ende merupakan satu dari sekian daerah yang masih mempertahankan tradisi suku Sasak di era globalisasi dan modernisasi. Tradisi dan adat yang unik, namun penuh filosofi. Begitulah orang terdahulu. Mereka tidak sekolah setinggi kita, namun penuh hikmah dan pelajaran.
Lombok, 1 Mei 2016
Selamat Hari Buruh Internasional
H-36 Ramadhan
Singkat cerita, tibalah kami di rumah adat suku Sasak. Sebuah rumah yang termasuk masih alami jika dilihat dari tiang-tiangnya yang berupa bambu, atapnya yang menggunakan ilalang kering, dan lantainya yang berupa tanah. Namanya Bale Tani, yang berarti rumah petani. Cukup menggambarkan profesi utama warga desa Ende, yaitu petani. Di teras nampak seorang wanita yang cukup berumur duduk di atas tikar sambil mengunyah sesuatu. Tebakanku itu adalah sirih, jika dilihat dari warna bungkusannya yang hijau dan cara ibu itu memilin-milin bungkusan itu. Tak sempat bertanya banyak, ibu itu langsung menjadi sasaran objek fotografi para perempuan. Sedangkan pria yang sedari tadi mendampingi kami mulai menjelaskan tentang bentuk, bahan serta filosofi dari bangunan ini.
Hal unik yang pertama kali terlintas di pikiran adalah ukuran tinggi atap bale yang cukup rendah. Hampir-hampir atapnya menyentuh kepalaku yang termasuk kategori manusia bertubuh kurang tinggi. Alhasil setiap yang ingin masuk harus menunduk agar kepala tak membentur langit-langit rumah. Namun bentuk atap yang rendah bukan tanpa filosofi. Itu perlambang sikap hormat dari yang bertamu kepada si empunya rumah. Sehingga setinggi apapun derajat manusia yang bertamu, ia pasti akan 'membungkuk' sebagai bentuk rasa hormat dan sopan santun. Hal yang mengejutkan berikutnya adalah ruangan bale yang tanpa sekat. Dan jika malam tlah tiba, ayah dan anak lelakinya tidur di teras beratap rendah, sedangkan ibu dan anak perempuannya tidur di dalam bale. Hal ini dimaksudkan agar proses pendidikan anak benar-benar personal dan optimal dilakukan oleh orangtua. Ada satu hal lagi yang unik, namun rumornya telah lama ku dengar lewat televisi. Yakni Bale Tani yang rutin dipel dengan kotoran sapi. Kotoran sapi digunakan untuk memperkuat kesolidan tanah yang menopang rumah, (katanya) menjaga kebersihan dan menghindarkan pemilik rumah dari penyakit dan sihir. Sapi memang merupakan ternak yang berperan besar dalam kehidupan warga Desa Ende. Investasi bagi pendidikan generasi muda. Penentu kasta seseorang ketika ia menikah. Saking pentingnya sapi bagi suatu keluarga, bahkan keperluan makan paginya lebih didahulukan daripada sarapan. Namun jika musim panen masih lama sedang persediaan menipis, maka sapi yang mulia itu berakhir di pemotongan hewan atau beralih pemilik alias dijual. Begitu kira-kira penjelasan pria yang mendampingi kami, ketika langkah tak terasa telah tiba di kandang sapi yang berdampingan dengan gudang kotoran dan Bale Lumbung.
Ya, Bale Lumbung. Sebuah bangunan dengan bentuk lebih ramping daripada Bale Tani, lebih tinggi seperti rumah panggung, tidak memiliki akses keluar masuk kecuali hanya sebuah jendela kecil. Di sinilah beberapa keluarga menyimpan hasil panen mereka sebagai persediaan makan hingga masa panen tiba kembali. Desa Ende memiliki 29 kepala keluarga dengan empat buah Bale Lumbung. Jadi, diperkirakan satu Bale Lumbung digunakan menyimpan 7-8 kepala keluarga. Mendengar penjelasan tentang Bale Lumbung, membawa pikiranku pada kisah Nabi Yusuf as. Ketika Al Aziz, pemimpin Mesir saat itu bermimpi tujuh ekor sapi betina yang gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus dan tujuh bulir gandum yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering. Lalu Nabi Yusuf as menginterpretasikan mimpi tersebut yang direkam dalam surah Yusuf ayat 47-49.
Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan. Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan dimasa itu mereka memeras anggur". (QS. Yusuf: 47-49)
Prediksi Nabi Yusuf as. ini kemudian dikenal di dunia barat dengan istilah Joseph Cycle (siklus Nab Yusuf), dan menjadi panduan dalam memprediksi gejala-gejala krisis moneter saat ini. Dan di sini, di Desa Ende, pola atau siklus Nabi Yusuf ini telah lama diterapkan, meski tidak dalam rentang waktu 7 tahunan.
Hari makin gelap ketika pria tadi mengajak kami untuk kembali ke bus dan melanjutkan perjalanan. Kami pun bergegas kembali, menyisakan pelajaran dari desa Ende. Desa Ende di Lombok Tengah memberikan kesan orisinil dan alami. Cukup kontras dengan jalan-jalan yang kami lalui ketika menuju ke peristirahatan. Desa Ende merupakan satu dari sekian daerah yang masih mempertahankan tradisi suku Sasak di era globalisasi dan modernisasi. Tradisi dan adat yang unik, namun penuh filosofi. Begitulah orang terdahulu. Mereka tidak sekolah setinggi kita, namun penuh hikmah dan pelajaran.
Lombok, 1 Mei 2016
Selamat Hari Buruh Internasional
H-36 Ramadhan
Sabtu, 30 April 2016
Bali dalam Bus
Posted on 13.03 by Anwaril Hamidy
Bali
Sejuta pura
Sejuta adat dan tradisi
Mari duduk sejenak
Dan dengarkanlah kisahnya
Dari dalam bus,
Dari seorang pemandu wisata
Bali, pulau sejuta pura
Punya kisah yang tak biasa
Tubuh yang dilukis
Dan sabung ayam
yang tak pernah habis
Tradisi pemuda
yang sulit dikikis
Makin lekat,
Dengan sajian tuak hangat
Di Bali,
Ada desa terpencil lagi terisolasi
Diapit bukit kanan dan kiri
Usia di atas 60 thn tak ada lagi
Semua tlah menghadap Ilahi
Dibunuh,
Dagingnya jadi sesaji
dibagi ke tetangga sanak famili
Darahnya jadi tinta kain
Bernilai seni dan mistis yg tinggi
Bali,
Pulau dengan luas 6500 km persegi
Yg wafat tak dikubur dalam Bumi
Namun diabukan dengan kobaran api
Atau dibiarkan
membusuk di bawah pepohonan
Air pemandian mayat
Digunakan utk menanak nasi hangat
Atau di minum oleh karib kerabat
Bali,
Artinya persembahan
Kepada Tuhan
Lewat arca, berupa makanan
Ataupun hasil tanaman
1 jam tentang Bali
Dari dalam bus
Dari seorang pemandu wisata,
Adakah kebenarannya?
Semoga ada umur untuk membuktikannya
Bali-Lombok
30 April 2016
H-37 Ramadhan
Sejuta pura
Sejuta adat dan tradisi
Mari duduk sejenak
Dan dengarkanlah kisahnya
Dari dalam bus,
Dari seorang pemandu wisata
Bali, pulau sejuta pura
Punya kisah yang tak biasa
Tubuh yang dilukis
Dan sabung ayam
yang tak pernah habis
Tradisi pemuda
yang sulit dikikis
Makin lekat,
Dengan sajian tuak hangat
Di Bali,
Ada desa terpencil lagi terisolasi
Diapit bukit kanan dan kiri
Usia di atas 60 thn tak ada lagi
Semua tlah menghadap Ilahi
Dibunuh,
Dagingnya jadi sesaji
dibagi ke tetangga sanak famili
Darahnya jadi tinta kain
Bernilai seni dan mistis yg tinggi
Bali,
Pulau dengan luas 6500 km persegi
Yg wafat tak dikubur dalam Bumi
Namun diabukan dengan kobaran api
Atau dibiarkan
membusuk di bawah pepohonan
Air pemandian mayat
Digunakan utk menanak nasi hangat
Atau di minum oleh karib kerabat
Bali,
Artinya persembahan
Kepada Tuhan
Lewat arca, berupa makanan
Ataupun hasil tanaman
1 jam tentang Bali
Dari dalam bus
Dari seorang pemandu wisata,
Adakah kebenarannya?
Semoga ada umur untuk membuktikannya
Bali-Lombok
30 April 2016
H-37 Ramadhan
Malang-Lombok-Bali
Posted on 02.36 by Anwaril Hamidy
Malang-Lombok-Bali
Selama enam hari
Senatiasa singgah setiap 4 jam sekali
Tuk shalat
Istirahat
Makan
Dan mengisi perbekalan
Malang-Lombok-Bali
Dipersiapkan selama 30 hari
Tuk melintasi tiga provinsi
Menjadi rekor perjalanan panjang
Untuk belajar
Berbagi
Dan rekreasi
Malang-Lombok-Bali
Dan semua orang bersiap diri
Membawa bekal dan tas berbagai ukuran
Ada yang besar isi lembaran baju
Adapula yang kecil isi lembaran 50rb
Malang-Lombok-Bali
Jadi analogi
Atas dunia yang fana ini
Dibanding akhirat yang abadi
Hidup sekarang hanya persinggahan
Tuk mengambil sebanyak2 perbekalan
Namun bukan tujuan akhir
Yang menguras akal dan pikir
Sedang kampung akhirat
Pemberhentian terakhir
Akan jadi perjalanan panjang
Namun melenakan
Dan ukuran perbekalan
akan sangat menentukan
Jika yang enam hari
Kita persiapkan selama sebulan
Apatah lagi menghadapi hidup yang abadi?
Banyuwangi-Bali
29 April 2016
H-38 Ramadhan
Selama enam hari
Senatiasa singgah setiap 4 jam sekali
Tuk shalat
Istirahat
Makan
Dan mengisi perbekalan
Malang-Lombok-Bali
Dipersiapkan selama 30 hari
Tuk melintasi tiga provinsi
Menjadi rekor perjalanan panjang
Untuk belajar
Berbagi
Dan rekreasi
Malang-Lombok-Bali
Dan semua orang bersiap diri
Membawa bekal dan tas berbagai ukuran
Ada yang besar isi lembaran baju
Adapula yang kecil isi lembaran 50rb
Malang-Lombok-Bali
Jadi analogi
Atas dunia yang fana ini
Dibanding akhirat yang abadi
Hidup sekarang hanya persinggahan
Tuk mengambil sebanyak2 perbekalan
Namun bukan tujuan akhir
Yang menguras akal dan pikir
Sedang kampung akhirat
Pemberhentian terakhir
Akan jadi perjalanan panjang
Namun melenakan
Dan ukuran perbekalan
akan sangat menentukan
Jika yang enam hari
Kita persiapkan selama sebulan
Apatah lagi menghadapi hidup yang abadi?
Banyuwangi-Bali
29 April 2016
H-38 Ramadhan
Jumat, 29 April 2016
Di Malang Aku Bercermin
Posted on 23.02 by Anwaril Hamidy
Di suatu pagi
Hari Jumat tgl 29
Menuju kota Malang yg dingin
tak tertahan
Menjemput janji
Anak perantauan
Tuk bertemu di kampus pendidikan
2 tahun bukan waktu yg singkat
Dan cermin yang baik adalah sahabat,
Maka di sini,
Di Malang aku bercermin
Atas tutur, gesture dan tolak ukur
Yang berubah teratur
Namun, adakah itu salah?
Jika adaptasi adalah cara
bagiku mempertahankan diri
Jogja dengan keistimewaannya
Kampus dengan keragamannya
Gerakan dengan dinamikanya
Dan 2 tahun ketidakbersuaan
Cukup menjadi variabel yg signifikan
Atas ketidaksamaan dulu dan sekarang
Maka, di Malang aku bercermin
Bahwa perubahan itu tak terhindarkan
Aku bukan yang dulu lagi
Ada hal yang bertambah
Ada hal yang dikurangi
Itu semua dalam niat perbaiki diri
Maka doakanlah, agar aku istiqomah
Jika Jogja adalah pemberhentian selanjutnya
Sedang cermin terbaik tetaplah kawan setia,
Siapkah anda bercermin kepada saya?
Banyuwangi-Bali
29 April 2016
H-38 Ramadhan
Hari Jumat tgl 29
Menuju kota Malang yg dingin
tak tertahan
Menjemput janji
Anak perantauan
Tuk bertemu di kampus pendidikan
2 tahun bukan waktu yg singkat
Dan cermin yang baik adalah sahabat,
Maka di sini,
Di Malang aku bercermin
Atas tutur, gesture dan tolak ukur
Yang berubah teratur
Namun, adakah itu salah?
Jika adaptasi adalah cara
bagiku mempertahankan diri
Jogja dengan keistimewaannya
Kampus dengan keragamannya
Gerakan dengan dinamikanya
Dan 2 tahun ketidakbersuaan
Cukup menjadi variabel yg signifikan
Atas ketidaksamaan dulu dan sekarang
Maka, di Malang aku bercermin
Bahwa perubahan itu tak terhindarkan
Aku bukan yang dulu lagi
Ada hal yang bertambah
Ada hal yang dikurangi
Itu semua dalam niat perbaiki diri
Maka doakanlah, agar aku istiqomah
Jika Jogja adalah pemberhentian selanjutnya
Sedang cermin terbaik tetaplah kawan setia,
Siapkah anda bercermin kepada saya?
Banyuwangi-Bali
29 April 2016
H-38 Ramadhan
Kamis, 21 April 2016
Muslimah Produktif Membangun Negeri, Indonesia Madani Tak Sekedar Mimpi
Posted on 12.23 by Anwaril Hamidy
Namanya
Siti Maryam. Kehadirannya jauh sebelum Raden Ajeng Kartini, Dewi Sartika,
beserta tokoh-tokoh perjuangan perempuan Indonesia lainnya. Kemuliaannya
menjadikan namanya diabadikan dalam sebuah surah dalam Al Qur’an. Bersanding
dengan nama-nama surah yang diambil dari para nabi, sekelompok anak muda yang
shalih, bahkan keluarganya: surah Yusuf, Ibrahim, Al Kahfi, Muhammad, dan Ali
Imran. Beliau adalah sosok wanita yang kelahirannya dinadzarkan untuk Baitul
Maqdis. Hingga Allah sampaikan sebuah berita melalui Malaikat Jibril tentang
anaknya yang merupakan sebuah anugerah sekaligus ujian baginya. Beliau pun
mendapat fitnah atas putranya yang tidak memiliki ayah. Siti Maryam akhirnya harus
pergi mengasingkan diri dalam kondisi yang lemah lagi bertambah. Namun dari
rahim Siti Maryamlah Allah karuniakan seorang anak yang kelak akan menjadi juru
selamat menjelang hari kiamat, Isa bin Maryam. Atas segala kesabaran dan
ketaatannya, Allah berikan pujian kepada Maryam sebagaimana yang diabadikan
dalam ayat 42 dari surah Ali Imran,
"Dan ingatlah
ketika malaikat berkata: Wahai Maryam sesungguhnya Allah telah memilihmu dan
mensucikanmu dan memilihmu di atas semua perempuan di alam ini"
Ialah
Siti Maryam, sosok inspirator bagi muslimah seluruh alam. Darinya kita belajar
akan pengabdian atas agama dan negara. Sosok ibu shalihah yang melalui
didikannya tumbuh dan berkembang Nabi Isa as.
Sosok muslimah yang taat dan sabar menerima ujian dan cobaan yang berat
sekalipun. Sosok wanita dengan karya dan prestasi melampaui dunia dan seisinya,
tanpa menciderai fitrahnya sebagai wanita. Maka adakah sosok Siti Maryam di
masa kini?
Setiap
waktu adalah momentum perubahan dan perbaikan, tak terkecuali momentum hari
Kartini yang jatuh pada tanggal 21 April. Hari ini menjadi begitu sentimentil
bagi para feminis dan pejuang kesetaraan gender, meski semangat itu jelas-jelas
bertentangan dengan maksud dan tujuan perjuangan Kartini. Karena seharusnya bagi
para muslimah, momentum ini mesti menjadi titik tolak kebangkitan pergerakan
muslimah dalam kancah dakwah dan perbaikan negara. Muslimah masa kini dituntut
untuk lebih produktif dan cerdas dalam menyikapi berbagai aspek kehidupan
beragama dan bernegara. Karena inilah cita-cita sesungguhnya Kartini, membangun
intelektualitas wanita dalam rangka mengoptimalkan perannya secara fitrah. Maka
jadilah sosok Siti Maryam yang meng-hibah-kan dirinya untuk agama dan negara.
Jadilah sosok Siti Aisyah yang memiliki intelektualitas dan karya dalam
meriwayatkan hadits. Jadilah sosok
Shafiyyah binti Abdul Muthalib yang dengan sigap mengamankan para wanita
dan anak-anak pada perang Khandaq di saat-saat genting. Jadilah sosok Cut Nyak
Din, pejuang kemerdekaan dari tanah Aceh. Jadilah sosok Niken Lara Yuwati yang
lebih dikenal sebagai Ratu Agung tegal Reja, pemimpin brigade prajurit putri
yang berperan besar dalam perang yang nyaris membuat bangkrut VOC pada
1746-1755. Atau menjadi sosok Raden Ajeng Kartini yang melalui tulisannya mampu
mengangkat harkat dan martabat wanita Indonesia dari kejumudan pemikiran. Pun
tidak mampu, minimal jadilah seorang ibu yang siap melahirkan generasi terbaik
bagi bangsa dan negara ini.
Jadilah sosok-sosok muslimah yang
produktif, yang melalui tangan kalian, Indonesia Madani menjadi sebuah
keniscayaan. Wallahu a’lam.
Yogyakarta, 14 Rajab 1437 H (21
April 2016)
H-46 Ramadhan
From (Kampung) Dero to Hero
Jumat, 25 Maret 2016
LIVING SURVIVE
Posted on 10.32 by Anwaril Hamidy
“Daya beli masyarakat menurun, ril. Mall gak
seramai dulu.” Kira-kira begitulah yang Mas Makhbub sampaikan kepadaku kemarin
malam. Ketika kami duduk santai di sebuah warung lesehan menikmati hidangan
lalapan diiringi rintik-rintik hujan di sepanjang jalan Malioboro. Warung yang
cukup sepi. Atau memang sangat sepi karena hanya kami berdua pengunjungnya. Sesekali
beberapa profesi seperti pijat refleksi, lukis wajah, pengamen, preman yang menyamar
menjadi pengamen, dan pengemis menghampiri kami. Mengawali dari hal-hal yang sederhana
perihal kota Jogja, tiba-tiba saja perbincangan kami menjadi cukup serius
ketika topik pembicaraan mulai membahas tentang kondisi tanah kelahiranku
khususnya di sektor ekonomi dan pembangunan. Mas Makhbub dulunya seorang trainer
tetap di sebuah lembaga manajemen terapan di mana aku pernah bekerja. Namun
kini beliau bekerja di bagian HRD di sebuah perusahaan tambang yang cukup
besar. Ya, tergolong cukup besar dan tangguh di saat kita menyaksikan beberapa
perusahaan-perusahaan yang mengeksploitasi SDA justru perlahan mengurangi
pegawai, menutup kantor cabang atau bahkan gulung tikar. Dan bagi Kaltim yang
sumber pendapatan daerahnya masih bertumpu kepada SDA, kelesuan di sektor
pertambangan pun memberikan pukulan yang telak bagi perekonomian masyarakat.
Hal ini dipengaruhi oleh turunnya harga komoditas Internasional dan permintaan
global (Kaltim Post 10/07/2015). Alhasil, daya beli masyarakat pun menurun.
Tanya Jawab Seputar LDK #1
Posted on 10.30 by Anwaril Hamidy
Organisasi adalah sekolah. LDK adalah wadah bagi
mahasiswa yang ingin menjadi shaleh dan menshalehkan orang lain. Dan dakwah
adalah bentuk rasa syukur kepada Allah SWT dan rasa cinta kepada sesama
manusia. Berdakwah di lingkungan kampus melalui organisasi berupa Lembaga
Dakwah Kampus (LDK) merupakan sebuah proses belajar dalam mengimplementasikan
nilai-nilai dakwah di lingkungan kampus. Darinya diharapkan muncul sosok-sosok
profesional yang berafiliasi terhadap Islam dan terwujudnya suasana kampus yang
mengandung nilai-nilai Islam. Ia meliputi aspek syiar, kaderisasi, keilmuan,
keprofesian, dan kebijakan kampus.
Senin, 21 Maret 2016
Tahapan Kaderisasi dan Manajemen Rekruting*
Posted on 07.03 by Anwaril Hamidy
“(Dia) yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kalian, sesiapa
yang paling baik pekerjaannya.” (QS. Al Mulk: 2)
Kamis, 03 Maret 2016
Jadilah Legenda
Posted on 00.13 by Anwaril Hamidy
Pada setiap fase
kehidupan, ada tantangannya
Pada setiap fase
kehidupan, ada sosok-sosok penggeraknya
Kemerdekaan Indonesia merupakan karunia yang besar dari Tuhan yang Maha Kuasa, setidaknya itulah yang para pendahulu kita ekspresikan dalam alinea kedua dalam UUD 1945. Bahwa ia adalah perjalanan panjang. Ia bukan hanya tentang 17 Agustus 1945, namun telah ada jauh sebelumnya pada momentum Sumpah Pemuda. Begitu pula hari-hari setelahnya, seluruh rakyat Indonesia yang baru saja dipersatukan masih harus diuji dengan serangan demi serangan yang mencoba untuk merusak kedaulatan negara. Di antara detak-detik perjuangan itu, 1 Maret 1949 merupakan salah satu momentum penting dalam perjuangan kemerdekaan. Di mana Yogyakarta menjadi saksi bisu atas heroisme para prajurit kemerdekaan dan segenap rakyat Indonesia. Dan salah satu komandannya adalah sosok jenderal yang familiar dalam perbendaharaan (atau bahkan mungkin satu-satunya) tokoh perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Silahkan bertanya kepada siapapun, ketika disebutkan kata Jenderal, nama siapakah yang pertama kali terlintas? Ya, dialah Jenderal Sudirman. Seorang panglima besar yang terkenal dengan taktik perang gerilanya. Namun jika anda mulai berimajinasi bahwa Jenderal Sudirman adalah sosok yang tegap dan kekar, maka anda patut kecewa. Karena beliau adalah sosok berpostur kurus dengan tinggi sebagaimana manusia Indonesia pada umumnya. Bahkan tak jarang berpindah-pindah lokasi perang dengan cara ditandu oleh para prajuritnya karena sakit yang ia derita semakin parah.
Jenderal Sudirman memang tidak hanya berperang melawan penjajah, tapi beliau juga harus bertarung dengan penyakitnya. Namun hal itu tidak sama sekali membuat Jenderal Sudirman menyerah. Bahkan ketika Ir. Soekarno menyarankan beliau untuk keluar dari medan perang untuk berobat sejenak, Jenderal Sudirman menolaknya dengan gagah. “Yang sakit itu Sudirman. Jenderal besar tidak pernah sakit.” Kira-kira begitulah yang beliau ucapkan kepada Ir. Soekarno. Hingga akhirnya Jenderal Sudirman mati muda. Beliau wafat pada 29 Januari 1950 dengan umur 34 tahun. Selain meninggalkan jasa yang besar atas kemerdekaan Indonesia, detak-detik kehidupannya pun sangat berharga bagi siapa saja yang ingin belajar tentang nilai sebuah umur.
Umur manusia ada dua kategori, umur biologis dan umur karya. Umur biologis adalah umur manusia sejak ia lahir hingga wafat, sedangkan umur karya adalah suatu rentang waktu di mana seseorang dikenang dan dirasakan kebermanfaatannya lewat prestasi dan prasasti yang ia ukir. Kita dapat mengatakan bahwa umur biologis seorang Jenderal Sudirman adalah 34 tahun. Umur yang cukup singkat jika dikomparasikan dengan rata-rata umur biologis manusia yang mencapai 60 tahun. Namun di satu sisi, umur karya beliau telah melampaui umur biologisnya, 72 tahun sejak kemerdekaan Indonesia dan terus berlanjut sampai anak cucu kita kelak.
Mari belajar dari seorang Jenderal Sudirman. Di usianya yang masih muda, beliau telah mengukir karya yang mendunia, menjadi kenangan bagi segenap rakyat Indonesia. Namanya abadikan pada jalan-jalan besar ibu kota, museum, dan monumen. Menjadi sosok yang terlintas pertama kali ketika kata ‘jenderal’ dilontarkan. Jiwa dan raganya telah wafat, namun karya dan semangatnya tetap hidup dalam ruang-ruang kehidupan berbangsa dan bernegara. Alangkah ruginya jika yang terjadi pada diri kita adalah sebaliknya, yakni memiliki umur biologis yang panjang tetapi memiliki umur karya yang relatif lebih singkat.
Hidup ini tak berlangsung, hanya sekitar 60 tahun. Bahkan bisa lebih singkat dari yang kita duga. Pun lebih, tubuh kita tidak lagi prima, pikiran tak lagi tajam. Maka relakah kita untuk hidup lalu mati tanpa meninggakan kesan? 1 Maret sebelum tahun 1949 mungkin hanya sekedar tanggal yang menghiasi kalender, namun kini menjadi penuh kesan sejak peristiwa Serangan Umum. Kita mungkin sekarang hanya sekedar mahasiswa yang memenuhi kampus dengan agenda akademik dan perkuliahan. Tapi mari berjanji, sejak detik ini kita harus menjadi sosok yang bermanfaat bagi agama dan negara. Mari berkarya dan jadilah legenda.
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang
gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu
hidup, tetapi kamu tidak menyadari.”
(QS. Al Baqarah: 154)
Wallahu a’lam.
Yogyakarta, 2 Maret 2015
From (Kampung) Dero to Hero
Selasa, 23 Februari 2016
Ketidakberhinggaan dalam Paradoks Zeno*
Posted on 06.34 by Anwaril Hamidy
Mata Kuliah Matematika Model
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Marsigit,
MA.
Struktur
adalah sebuah bangunan yang terdiri dari berbagai unsur yang satu sama lain
berkaitan. Struktur juga merupakan sifat-sifat instrinsik dari suatu objek yang
diungkap melalui proses penyelidikan. Suatu objek dari waktu ke waktu memiliki
struktur yang bersifat dinamis. Dengan mengidentifikasi struktur objek tersebut
pada masa-masa tertentu, maka akan dicari hubungan antar struktur sedemikian
sehingga dapat dibangun sebuah pengetahuan yang baru mengenai objek tersebut.
Pada artikel ini penulis berusaha mengidentifikasi struktur dari
ketakberhinggaan dengan berangkat dari paradoks Zeno.
Selasa, 16 Februari 2016
Perkembangan Matematika dalam Menjelaskan Fenomena Alam*
Posted on 01.07 by Anwaril Hamidy
Artikel 1
Mata Kuliah Matematika Model
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Marsigit, MA.
Matematika
tradisional –sebagai sebuah pengetahuan dalam menjelaskan fenomena alam- memiliki
beberapa karakteristik khusus. Matematika diklaim sebagai pengetahuan yang
menjelaskan secara kuantitatif dunia nyata, sekaligus tidak memiliki hubungan
dengan benda-benda material yang ada di dunia nyata. Sebagaimana yang diyakini
oleh kaum Pythagorean –di mana pemikiran Plato banyak dipengaruhi- bahwa alam
semesta diatur oleh hubungan-hubungan numerik yang memengaruhi dunia fisik. Sehingga
hal yang abstrak dari konsep Matematika memiliki keberadaan yang independen sekaligus
berpengaruh terhadap obyek material. Lebih jauh, kejadian fisik dianggap hanya bentuk
dari hal yang abstrak. Klaim inilah yang melejitkan Matematika menjadi ratu
dari ilmu pengetahuan. Namun, konsep-konsep Matematika yang kebenarannya bersifat
absolut, statis dan ideal inilah yang menjadi sumber-sumber kesalahan dan
kesalahpahaman yang mendasar ketika bersinggungan dengan realitas.
Sabtu, 06 Februari 2016
Bukan Berita Sampah
Posted on 23.07 by Anwaril Hamidy
Selamat Hari
Pers Nasional...
Rabu, 03 Februari 2016
Yang Berguguran
Posted on 01.15 by Anwaril Hamidy
Kapal
Posted on 01.13 by Anwaril Hamidy
Seperti kapal
yang baru, hari ini kita menarik, penuh warna, performa prima dan melaju dengan
kecepatan tinggi. Semakin apik dengan berbagai aksesoris pada anjungan, geladak
maupun buritan. Berbagai rute dan destinasi pun disusuri seakan bahan bakarnya
selalu terisi full setiap hari. Begitu
gagah membelah lautan tenang, memecah kesunyian, menimbulkan ombak, dan
meninggalkan rasa kagum pada siapapun yang beruntung menyaksikannya. Seraya
berujar, “Siapapun yang menjadi awak kapalnya, tentulah mereka sangat
beruntung.” Maka mari kita bersyukur dengan memanfaatkan momen terbaik ini
untuk saling mengistiqomahkan dalam kebaikan.
Namun selayaknya
kapal yang mengarungi lautan, maka badai besar pun kelak menghampiri. Anginnya
yang kencang akan menghembuskan hawa ‘dingin’, bersiap merobohkan tiang-tiang
penyangganya. Hujannya yang lebat akan menggenangi geladak sembari mencari
celah ‘kebocoran’. Petir dan gemuruhnya akan menyambar, membuat ciut nyali para
awak kapal untuk terus berlayar. Ombaknya akan menggulung, bersiap
menghanyutkan siapa saja yang tidak ‘berpegangan erat’ pada kapal. Sehingga setiap
manusia yang menyaksikan siaran langsung sebuah kapal yang sedang menghadapi
badai akan berkata, “Malang nian nasib awak kapalnya. Namun, siapa suruh
menantang lautan?” Maka mari merapatkan barisan, saling menguatkan dan mengingatkan.
Bahwa meloncat keluar dari kapal bukanlah jaminan untuk bisa sampai di tujuan.
Jika kita yang menaiki kapal saja menghadapi ujian yang besar untuk sampai ke
tujuan, maka apatah lagi dengan yang memilih berenang dalam kesendirian.
Yakinlah, ombak yang menggulung akan berganti lautan yang tenang, pusaran badai
akan terhapuskan dengan lukisan pelangi, dan gemuruh petir akan lenyap seiring
kicauan burung camar.
Dan selayaknya
ciptaan manusia, kapal ini bisa saja usang, berkarat, bergerak sangat lambat, lalu
terlupakan seiring dengan munculnya kapal-kapal baru dengan model yang lebih
canggih dan menawan. Sehingga setiap orang yang melihat kapal kita akan
terheran seraya berkomentar, “Kenapa tidak kau tinggalkan saja kapal usang itu?
Sedang di luar sana begitu banyak kapal-kapal yang lebih menarik hati dan
memberikan keuntungan.” Maka mari berhenti sejenak, seraya bertanya kepada hati
tentang apa yang kita inginkan, yang kita harapkan, yang menjadi alasan kenapa
mesti bertahan di kapal ini. Lalu mulailah memperbaiki dan membersihkan, karena
kapal ini tidak akan pernah kembali seperti semula kecuali lewat tangan-tangan
awak kapalnya.
Inilah kapal
kita, dengan segala kebaikan dan kekurangannya. Di mana rute perjalanannya, laju
lambatnya, dan baik tidaknya kondisi kapal merupakan konsekuensi dari setiap keputusan
yang kita ambil. Sehingga tidaklah cukup seorang nahkoda yang mumpuni dalam
memimpin pelayaran ini. Namun juga diperlukan navigator yang handal dalam
menentukan arah tujuan, markonis yang sigap menangkap situasi yang berbahaya,
juru masak yang selalu menyajikan makanan lezat dan bergizi, hingga ABK yang
selalu siap sedia menerima instruksi. Perbekalan telah dipersiapkan, kini layar
telah terkembang, dan kita semakin jauh meninggalkan daratan. Sedangkan ujung
pelabuhan belum nampak di penglihatan. Maka tidak cara yang paling aman dalam
mengarungi lautan waktu selain dengan menetapi keikhlasan, berbagi kebaikan,
dan saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran. Semoga kita bisa selamat
sampai ke tujuan. Aamiin.
Demi masa. Sesungguhnya
manusia pasti berada dalam kerugian. Kecuali (orang-orang) yang beriman dan
beramal shaleh, dan saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran.
(QS. Al `Ashr: 1-3)
Yogyakarta, awal Februari 2016
From (Kampung) Dero to Hero
Jumat, 29 Januari 2016
Apa yang Kita Dapatkan?
Posted on 06.58 by Anwaril Hamidy
Tidak dapat
dibohongi, bahwa saya mengawali tanggungjawab ini dengan kekhawatiran. Ketika itu
baru tiga orang yang menyatakan diri untuk bergabung dalam bidang Pengabdian Masyarakat.
Hingga seiring berjalannya waktu kekhawatiran itu akhirnya pudar ketika satu
persatu dari kalian mulai memutuskan untuk berlabuh di bidang ini, bahkan
melebihi harapan. Hingga terbersit sebuah tanya ketika mendapati begitu banyak
yang memilih bidang ini, apa yang ingin kita dapatkan dari ini?
Selasa, 26 Januari 2016
B for The Best
Posted on 11.26 by Anwaril Hamidy
Rabu, 20 Januari 2016
Membangun Konsep Pendidikan Ideal bagi Indonesia
Posted on 11.45 by Anwaril Hamidy
(Sebuah refleksi dari perkuliahan Filsafat Ilmu)
Salah satu rahasia kebangkitan dan
kemajuan peradaban suatu negara terletak pada kuantitas dan kualitas generasi
mudanya. Sebuah fakta sejarah telah membuktikan bahwa negara-negara –seperti
Jepang dan Singapura- yang puluhan tahun sebelumnya tidak masuk hitungan dalam
persaingan global, kini muncul menjadi pesaing bagi negara adi daya. Padahal
sumber daya alam negara tersebut cukup minim. Di satu sisi, negara dengan SDM
dan SDA yang melimpah seperti Indonesia ternyata belum mampu menjadi negara
yang maju, namun justru masih berkutat di permasalahan pengelolaan SDM. Perbedaan
kondisi dari kedua negara ini tidak lain dipengaruhi oleh faktor generasi muda,
khususnya pada aspek kualitas. Karena generasi muda suatu negara yang mumpuni
dari segi kualitas dan kuantitas merupakan aset yang berharga bagi keberlangsungan
dan eksistensi negara tersebut. Mereka yang akan menjadi penerus dan pengembang
dari pencapaian negara tersebut. Ketika baik generasi muda suatu negara, maka
baik pulalah masa depan negara tersebut. Hal inilah yang melandasi dari
pentingnya membekali generasi muda denga nilai-nilai peradaban bangsa dan ilmu
pengetahuan melalui pendidikan.
Sabtu, 16 Januari 2016
Rasulullah SAW sebagai Muslim Negarawan (End)
Posted on 17.31 by Anwaril Hamidy
Aktualisasi Nilai-Nilai Nasionalisme dalam
Konteks Keindonesiaan
Umat
Islam sebagai mayoritas di Indonesia seharusnya turut serta bertanggungjawab
dalam mengemban amanah kenegarawanan ketika menghadapi permasalahan bangsa.
Khususnya saat semangat nasionalisme Indonesia mulai luntur dan miskin makna,
sehingga membutuhkan sebuah gagasan baru dalam mengisi kemerdekaan Indonesia.
Di sinilah peran muslim negarawan sebagai cermin umat Islam yang memiliki
mentalitas berbangsa dan bernegara untuk berkontribusi dalam membangunn negara
dan bangsanya.
Rasulullah
SAW sebagai sosok muslim negarawan telah memberikan teladan bagaimana seorang
muslim mampu mengaktualisasikan nilai-nilai nasionalisme dalam kehidupan
sehari-hari. Berikut karakteristik dari muslim negarawan dalam konteks
keindonesiaan Rijalul Imam (2008).
Rabu, 13 Januari 2016
Menggapai Ikhlas
Posted on 05.58 by Anwaril Hamidy
Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu
Selasa-Rabu, 29-30 Desember 2015
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Marsigit,
MA
”Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama
yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang
demikian itulah agama yang lurus.”
(QS. 98: 5)
Spiritual merupakan struktur tertinggi dari
pikiran manusia. Ia merupakan wujud dari doa dan orientasi manusia kepada Tuhan
yang Maha Esa. Sehingga aspek spiritual tidak hanya tentang selamat di dunia,
tetapi juga bagaimana dapat kembali ke akhirat pun dengan selamat. Oleh karena
itu, spiritual menjadi grade yang
paling utama, yang paling tinggi, dan seharusnya paling dicari oleh manusia. Namun
tidak dapat dipungkiri, bahwa hari ini yang terjadi justru sebaliknya.
Kebanyakan manusia berlomba-lomba mengejar materi dan hal duniawi lainnya
seraya melupakan akhiratnya. Padahal, kehidupan dunia manusia hanyalah sebentar, sedangkan kehidupan
akhirat adalah kampung yang kekal bagi manusia. Oleh karena itu, sebaik-baik
manusia adalah ia yang menyiapkan bekal akhiratnya di dunia dengan berupaya
menggapai spiritualitas kehidupan. Untuk meraih tingkatan tersebut, maka salah
satu komponen yang mesti dimiliki oleh manusia adalah keikhlasan.
Selasa, 12 Januari 2016
Komputer, Lupa dan Ingatan
Posted on 22.50 by Anwaril Hamidy
Refleksi Kuliah Filsafat Ilmu
Selasa, 22 Desember 2015
Dosen Pengampu: Prof.Dr. Marsigit,
MA.
Tahukah kalian?
Komputer memiliki tiga komponen: ALU (Arithmatic
Logical Unit), Storage Unit, dan Control Unit. ALU merupakan komponen
yang mampu berpikir seperti mengurutkan dan memikirkan. Control Unit adalah yang berfungsi untuk mengendalikan sistem.
Sedangkan Storage Unit adalah
komponen yang menyimpan data dalam bentuk memori. Memori yang disimpan dalam
memori terdiri dari dua jenis: ROM (Read Only
Memory) dan RAM (Random Access Memory).
Ketika komputer dimatikan, maka setiap data yang tersimpan di ROM otomatis
tidak tersimpan atau terhapus dari memori komputer. Lain halnya data yang
tersimpan di RAM, bahkan data yang dihapus sekalipun bisa saja di’panggil’
kembali. Mekanisme yang sama juga terjadi perhitungan jam yang terus berputar
meskipun handphone ataupun komputer telah dimatikan.
Sabtu, 09 Januari 2016
Berfilsafat adalah Menjelaskan
Posted on 19.20 by Anwaril Hamidy
Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu
Rabu, 2 Desember 2015
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Marsigit, MA
Berfilsafat adalah upaya manusia agar lebih banyak
orang yang memahami gagasan-gagasannya. Maka sebenar-benar filsafat adalah
menjelaskan segala yang ada dan yang mungkin ada di dalam pikiran. Untuk dapat
menjelaskan, proses berpikir kritis dan ikhlas dalam merefleksi merupakan dua
hal yang terpenting dalam berfilsafat. Berpikir kritis adalah senantiasa berpikir
secara radik (mengakar) hingga menggapai hakikat, mengungkapnya secara mendalam
(intensif) dan berkembang (ekstensif). Sedangkan ikhlas dalam hati adalah
memurnikan segala pikiran dan tindakan dari segala bentuk stigma yang akan
memengaruhi hasil pemikiran. Sehingga dengan hati yang ikhlas akan lahir sebuah
gagasan yang murni dan benar-benar merefleksikan dari pengalaman dan analisa
dari yang ada dan yang mungkin ada. Oleh karena itu, berfilsafat bukanlah
tentang menebak-nebak jawaban yang benar dari sekian banyak tes jawab singkat
yang diajukan. Berfilsafat juga bukan tentang sebanyak-banyak berkomentar elegi
di blog, tapi jauh dari pemahaman dan pelaksanaan. Namun sekali lagi,
berfilsafat adalah tentang bagaimana kita menjelaskan.
Sabtu, 02 Januari 2016
Rasulullah sebagai Muslim Negarawan (Part 3)
Posted on 07.52 by Anwaril Hamidy
Istilah
muslim negarawan merupakan sebuah frase yang terdiri dari kata muslim dan
negarawan. Muslim berarti orang yang beragama Islam atau orang yang berserah
diri kepada Allah SWT. Sedangkan negarawan berarti orang yang berjasa dan
berkorban demi bangsa dan negaranya, tanpa memperhatikan latar belakangnya
(Amin Sudarsono, 2010: 80). Hal ini dilandasi oleh mentalitas yang merasa
memiliki bangsa dan negara, sehingga ia berkontribusi dalam membela dan
membangun bangsa dan negaranya. Jadi, muslim negarawan adalah seorang muslim
yang memberikan loyalitasnya kepada Allah SWT serta memiliki rasa kebermilikan
terhadap bangsa dan negara sehingga segala aktivitasnya ditujukan untuk
berkontribusi bagi agama dan negara.
Rasulullah
SAW merupakan sosok yang ideal dalam menggambarkan seorang muslim negarawan.
Bahkan sebelum kerasulan, beliau telah aktif berkontribusi menyelesaikan
permasalahan-permasalahan bangsanya. Salah satunya adalah ketika beliau
menyelesaikan perselisihan antara suku-suku quraisy terkati pengembalian Hajar
Aswad ke tempat semula (Shafiyyurahman Mubarakfury, 2010: 66).
Langganan:
Postingan (Atom)